Sesudahmandi, saya baru pakai celana dalam serta boxer waktu kakakku menyebut. "Dedeee!! Tolongin kakak dong, sepertinya AC kamar kakak ngaco deh" Demikian masuk kamarnya, kakakku telah bermandikan keringat karna kepanasan waktu dia tidur barusan hingga gaun tidurnya basah semuanya. Kucoba untuk mengutak-atik AC-nya tetapi akhirnya nihil. Kakakperempuan berumur 23 yang hanya terpaut 2 tahun saja dengan ku. Dan dirinya sudah bekerja di suatu perusahaan dan aku selalu di manja oleh kakakku sendiri. Karena dirinya sangat sayang dengan ku. Kakak ku bernama Serly dan dirinya memang menjadi kakak sekaligus teman ku yang sangat dekat dengan ku dirinya pun sangat sayang kepadaku. Bokeptetangga- Cerita Seks Mandi Bareng Dalam kisah keduaku setelah cerita kak Linda, aku ingin berbagi lagi pengalamanku. seandainya belum membaca, aku hendak memperkenalkan jati diriku. Aku menetap dikota S Jawa Tengah, tinggiku 169 cm dan berat badanku 52 kg. Aq saat ini kuliah di salah 1 universitas ternama diJateng. yank, kamu cowok pertama loh yang pernah nemenin aku mandi, Ehm . . ." sambil tiduran, kepala itu di sandarkannya di atas dadaku. "oh ya, emang mantan kamu yang dulu ngapain aja selama tiga taon ??" tanyaku santai sambil menatap langit - langit kamar. "aku ga pernah aneh - aneh yank sama dia dulu. Meilleur Site De Rencontre Gratuit En France. “Adeek! Buruan gih berangkat.. entar telat loh” “Iya Kak Alya yang cantiik.. gak liat nih Aldi lagi ngiket tali sepatu?” “Oh, benarkah adikku? Ngiket sepatu itu liatnya ke sepatu doonk, masa ke kakak siih?” “Adududuh! Iya kak.. iya..” Kak Alya menjewer telingaku karena mengikat tali sepatu gak kelar-kelar. Siapa yang bisa cepat kelar kalau kak Alya malah duduk di depanku pakai daster bergambar hello kitty dengan potongan bawahan sepaha. Dan saat dia duduk bagian bawahnya ketarik sampai ke pangkal paha, dan memperlihatkan kulit mulus pahanya yang putih. Kalau perlu aku gak usah berangkat sekolah saja untuk melihat pahanya selama mungkin. Dari pada ngiket tali sepatu, mendingan ngiket kakak sendiri deh, hehe.. “Enak dek?” “Hehe.. apanya kak? Liat kak Alya? Enak kak?” “Bukan! Dijewernya deek..” “Aduh kak! Kok lagi sih?” “Lagian kamunya, mau ngiket tali sepatu.. atau mau ngiket kakak sih dek?” Takjub mendengar tebakan kak Alya , aku hanya bisa memandangnya sambil cengengesan. “Kok tau sih kak? Boleh ya kak?” “Enak aja kak Alya diiket-iket.. emm, emangnya kak Alya sapi?” “Kak Alya jadi sapii..?” Duh, pikiranku mendadak menerawang kemana-mana. Kak Alya jadi kayak sapi? Dengan hanya bertelanjang dan lehernya diikat tali. Lalu payudara putih kak Alya menggantung bebas menanti bocah-bocah sapi untuk menyedot dan memeras susu yang ada di dalam buah dada kak Ayla. Uugh.. aku mauu jadi anak sapi ituu. “Hihi.. lagi mikirin apaan sih dek? Mukanya ampe jelek begitu? Dasar mesum” “Hah? Hehe.. anu kak.. sapi..” “Sapi.. sapi.. gih, buruan berangkat!” “Iya iya.. kak Alya, aku berangkat yah..” aku memonyongkan bibirku kearah wajahnya, kak Alya yang menyambutku dengan dipegangya kepalaku dan ditundukkan kebawah lalu mengecup keningku. Gagal sudah percobaanku untuk mencium bibir kakakku ini. “Bandel ih! Kakak sendiri mau dicium.. ati-ati dijalan yah dek..” “Hehe.. dag kak Alyaa..” sambil menstarter motorku, aku mulai berangkat sekolah. Meninggalkan kak Alyaku yang cantik di rumah. Dan tidak ada hal lain yang kupikirkan selain ingin cepat pulang kerumah untuk menemui kakakku ini. Kakakku yang nakal abis, dan hanya aku yang mengetahuinya. Pagi ini Dado temanku ingin menjemputku untuk berangkat bersama. Kebetulan arah menuju sekolah dari rumahnya ke sekolah kami satu jurusan. Tapi terkadang suka kutolak. Apalagi kalau bukan ingin mampir dan melihat kakakku. Kak Alya yang cantik, putih, berbulu mata lentik, dan bibir yang merona merah Bahkan Dado sering sekali sengaja goda-godain kakakku. Dari ngajak ngobrol, sering-sering ngajak salaman, sampai minta-minta foto sama kakakku. Mending nih anak enak dilihat. Udah item, jerawatan pula. Keseringan main layangan di jalan tol sepertinya. Belum lagi temanku yang lainnya seperti Feri dan Bono alias Bon bon. Walau kami sering main PS bareng, punya otak mesum yang sama, kalau sudah urusan tentang kakakku, aku sering merasa tidak rela. Siapa juga yang mau melihat kakaknya yang cantik dan seksi digodain mereka-mereka ini yang kucel, item, dan mendekati jelek. Entah bagaimana rasanya melihat kak Alyaku digangguin terus sama mereka. Ketika hendak pulang ke rumah, teman-temanku, Dado, Feri dan Bono ingin mampir ke rumahku. Katanya sih pengen ngerjain PR bareng-bareng. Hanya saja aku setengah percaya karena pasti tujuan utama mereka hanya ingin ngobrol dan menggoda kakakku. Mereka itu memang mesum, tapi aku tidak bisa juga menyalahkan mereka yang sangat mengidolakan kakakku. Kak Alya, yang meski kalau di luar busananya selalu tertutup, tapi kalau sudah di dalam rumah sering sekali nyaris telanjang. Aku saja dibuat tidak tahan oleh penampilan maupun ulah kakakku sendiri sehari-hari bila di rumah, apalagi orang lain. Lihat saja saat beberapa hari yang lalu ketika kak Alya menemui peminta sumbangan dengan hanya mengenakan tanktop saja, orang itu sampai salah tingkah. Bahkan Dado saja mengaku padaku bahwa ia menjadikan kak Alya sebagai bahan coliannya sehari-hari, dengan hanya berbekal foto kak Alya yang entah kapan dia ambil saat berada di rumahku. Sialan tuh anak. Sesampainya di rumah aku memarkirkan motorku dan yang lainnya di depan garasi lalu segera masuk kedalam. “Kak… aku pulaang… Bawa demit tiga ekor” Sambil memanggil kakakku pelan aku meledek teman-teman yang suka mengganggu ketenangan di rumahku. “Ah sial lo bro, tapi biarlah.. mana tau kakak lo demen demit kayak gue, hehe” jawab Dado seenaknya bikin telinga panas. Dasar kampret. Sambil menaruh tas di ruang tamu aku masuk menuju ruang tengah bersama teman-temanku. Mereka bilang ingin nonton acara TV dulu sebelum mengerjakan PR, tapi tiba-tiba salah satu temanku memanggilku dengan nada setengah terkejut. “Wah, bro! Apaan nih? Kemari woi semua…!” panggil Bono. Dengan penasaran aku dan yang lainnya pun menghampirinya dan ikut melihat apa yang membuatnya terkejut. Dan memang apa yang dia lihat juga ikut membuatku terkejut. Malahan bagian bawahku juga berontak karena ikut terkejut. Kami melihat kak Alya! Kakakku sedang tertidur di sofa panjang depan tv dengan pulasnya. Tapi yang membuat kami terkejut bukan itu, tapi penampilannya! Rambut kak Alya tergerai indah menutupi sebagian pipinya yang merona dari kulitnya yang putih. Baju kaos pink bergambar Hello Kitty-nya tersingkap hingga hampir sampai ke pinggul! Memperlihatkan meki kak Alya yang ditumbuhi bulu-bulu halus dengan bebasnya. Astaga kakakku ini… Dia benar-benar selebor tidurnya. Untung yang datang hanya kami, coba kalau tamu asing yang tidak jelas, pasti kakak kandungku ini sudah diperkosa habis-habisan tanpa ampun. Meskipun tetap saja tidak lebih baik jika orang itu teman-temanku ini. Aku bahkan bisa mendengar suara ketiga temanku sedang menelan ludah. Kak Alya mulai sadar dan terbangun dari tidurnya, mungkin karena suasana yang mulai agak berisik. Aku yakin kak Alya pasti akan kaget melihat kami sedang mengelilinginya, menonton aurat-auratnya, tapi tebakanku sepertinya salah.. “Ehh.. ada temen-temen adek rupanya? Baru pada dateng yah?” sapa kak Alya pada mereka sambil merapikan kaos bagian bawahnya. Ha? Kok kak Alya malah terlihat tenang sekali dan gak ada kaget-kagetnya!? “Hehe.. iya nih kak, baru aja pada datang. Jadi ganggu tidurnya kak Alya nih.. aduh, bening amat yak?” ujar Dado sok merasa segan. “Iya kak Alya, tidur aja lagi. Kita gak bakal ganggu kok..” kata Feri ikut nimbrung. Kampret, mereka pasti bermaksud ingin melihat kak Alya buka-buka paha lagi. Lagian kak Alya juga sih pake tidur sembarangan. Mana kakakku ini gak pake daleman lagi. Uhh, benar-benar kakakku ini. “Hihi.. kakak udahan kok tidurnya. Tadinya sih suguhan buat adek aja, tapi karena udah pada disini.. anggap aja yang tadi itu rejeki buat kalian juga yah…” jawab kak Alya melirik manis padaku. Aku hanya melongo tak percaya dengan yang kak Alya ucapkan barusan. Sial, seharusnya aku yang mendapatkan pemandangan indah ini sendiri, sekarang jadi harus berbagi dengan teman-temanku juga. Duh, andaikan aku tidak mengiyakan mereka untuk mengerjakan PR di rumahku, pasti kakakku yang bening dan seksi ini bakal habis kucabuli seharian. “Ya udah, kakak mau mandi dulu… kakak tinggal bentar yah..” kata kak Alya sambil bangkit berdiri, tapi teman-temanku ini menghalangi. “Gak mandi juga tetap cantik kok kak… hehe” “Iya kak… kita ngobrol-ngobrol aja dulu. Masa udah mau pergi aja sih?” ujar mereka berusaha menahan-nahan kakakku. “Woi! Lo semua apa-apaan sih! Kakak gue mau mandi dulu.. Hush! Hush!” gayaku setengah mengusir mereka ke ruang tamu, karena aku masih merasa tidak rela harus berbagi rejeki dengan teman-temanku yang berotak mesum semua. “Kak Alya mau mandi? Kalo kakak butuh bantuan, saya bersedia kok bantuin kakak mandi, hehe…” si Dado yang cengengesan mulai kumat cabulnya. Terkadang nih bocah suka kebablasan kalau bercanda ke kakakku, tapi hal itu juga membuat aku panas dingin karenanya. “Hihihi.. adeek, kakak mau dibantuin mandi tuh sama si Dado.. boleh ga sih dek?” tanya kak Alya yang malah menggodaku. “Ah! Gila kali, ga boleh kak! Enak aja.. sono-sono..” sambil mengusir aku pasang tampang sewot. Yang bener saja, aku saja belum pernah memandikan kakakku, masa mereka duluan yang dapat. “Tuh Dado, dengerin Aldi.. Emangnya kakak kamu ini mirip sapi kali yah dek, pake dimandiin segala? Hihihi..” ujar kak Alya malah bercanda. “Hehe.. Sapi betina dong kak?” celetuk Bono dari belakang. “Ya iya lah.. masa sapi jantan.. ya udah kakak tinggal mandi dulu yah. Kalian pasti mau ngerjain PR kan?” “Eh.. iya kak, ngerjain sapi, eh.. PR kak!” jawab ketiga temanku serempak. “Ya udah sana, ngerjainnya yang rajin yah.. jangan ngerjain kakak melulu, kayak si Aldi nih” “Ih! Apaan sih kak?” sambil sewot aku agak menghindarkan kepala saat kak Alya mengacak-acak rambutku. Kak Alyapun beranjak dari sana menuju ke belakang untuk mandi. Kembali ke ruang tamu, kami mulai membuka buku masing-masing untuk mengerjakan tugas sekolah. Aku berusaha untuk konsen, tapi tetap tidak bisa. Entah kenapa terlintas di kepalaku sebuah bayangan mesum seandainya kak Alya benar-benar dijadikan sapi betina. Dengan susu yang menggantung indah menunggu untuk dikenyot dan ku sedot habis isinya. Bahkan ketika sudah habis aku masih tidak mau berhenti mengenyotnya, jadilah aku seperti anak sapi yang selalu mengikuti induknya kemana saja. Tapi kehadiran teman-temanku ini mengganggu kesenanganku saja, aku ingin mereka cepat pulang agar aku bisa berduaan lagi dengan kakakku yang seksi ini. Ugh… Kak Alya. Sambil mengerjakan PR, ku lihat Dado berbicara pelan pada Feri dan Bono. “Elo sih bro… tadi pake bengong… kan tinggal keluarin HP aja, lama amat…” “Gue sibuk bro, hehe.. liatin susu sapi. Cetakannya gak nahan.. hampir aja gue coli kalo gak inget ada si Aldi, hehe” “Hehe, iya.. kalau tadi gak ada Aldi pasti kita semua udah coli bareng-bareng tuh di depan kakaknya itu, hehe” “Iya… Apalagi jembutnya itu, aduhhh… bikin pusing atas bawah bro. Itu daging tembem amat yak? Hehe” Sial, mereka ngomongin kakakku! Gaya mereka seperti tidak mau aku mendengarnya, tapi suara mereka cukup keras untuk dapat ku dengar. Aku malah berpikir kalau mereka memang sengaja supaya aku juga bisa mendengarnya. “Inget susu sapi gue jadi haus nih bro, jadi pengen icip-icip, kenyot-kenyot dikit, hehe..” lanjut mereka terus berbisik-bisik. “Si Aldi liat susu sapi jadi haus ga ya? Hahaha..” “Aldi mah haus tiap hari, hahaha..” mereka terus saja mengatakan hal yang tidak-tidak tentang kak Alya. Aku tidak tahan lagi. telingaku mulai panas mendengar mereka membicarakan kakakku seperti itu. “Woi, setan! Lo kira gua gak denger apa!?” makiku pada mereka. “Hahaha, becanda broo.. jangan sewot melulu..” si Dado menoleh untuk menenangkanku. “Iya bro.. bagi-bagi rejeki buat kita sekali-sekali gak ada salahnya kan?” Feri ikut nimbrung yang malah bikin aku tambah panas. “Lagian bro, kayaknya kakak lo gak masalah juga tuh kita liatin kayak tadi.. jangan-jangan kakak lo emang demen lagi kita liatin? Hehehe..” Bono malah semakin menjadi bicaranya tentang kakakku. Seolah kak Alya adalah objek untuk kepuasan nafsu mereka. Benar-benar pelecehan! Kakak kandungku sedang dilecehkan! Sebenarnya aku antara terima dan tidak terima melihat kejadian tadi, namun seperti yang dikatakan Bono, kak Alya memang seperti tidak keberatan sama sekali. Tapi biasanya kak Alya bertingkah nakal begitu bila di hadapan orang asing yang gak dikenal sama sekali, tapi masa di hadapan teman-temanku kak Alya juga tetap bertingkah begitu…? Setelah beberapa saat, kak Alya sudah muncul kembali ke ruang tamu dengan memakai kemeja putih lengan panjang dan rok panjang berwarna ungu gelap lengkap dengan jilbab berwarna pink. Kak Alya lalu ikut duduk bergabung bersama kami. Penampilan Kak Alya sekarang sangat kontras dengan penampilannya tadi. Yang mana sebelumnya sangat mempertontonkan auratnya, kini malah sangat tertutup, rapi dan begitu sopan. Hanya saja, kak Alya sepertinya tidak mengenakan dalaman BH lagi! Karena aku bisa melihat dengan cukup jelas pentil kak Alya agak nyetak pada kemejanya. Kak Alya ini benar-benar deh… Teman-temanku ini kan orangnya cabul semua. “Eh, kak Alya yang cantik sudah balik lagi,” celetuk Dado merayu kakakku. “Hihihi, bisa aja kamu Dado” balas kak Alya dengan senyum manisnya pada kami. “Iya kak, udah cantik, baik, seksi lagi.. beruntung banget yang jadi adeknya, hehehe..” Bono ikut nimbrung. Aku hanya cengengesan membenarkan omongannya, ya… betapa beruntungnya aku memiliki kakak seperti kak Alya, tapi si otong juga sangat tersiksa punya kakak cewek seperti dia ini. “Iya tuh, makanya adek kakak itu jadi suka bolos, telat sekolah, jarang main-main ke luar. Kerjaannya di rumah melulu sih gangguin kakaknya. Iya dek yah?” tanya kak Alya melirik sambil senyum–senyum padaku. Duh! kak Alya malah buka-bukan soal keseharianku di depan demit-demit ini. “Wuaa! Ketahuan lo! Suka bolos, telat nyampe kelas, ternyataa..” sorak teman-temanku membuatku malu. “Iya tuh, kayak tadi pagi, sambil ikat tali sepatu tapi matanya ngelihatin kakaknya terus. Ngebayangin kakak diiket kayak sapi yah dek? Hihihi..” goda kak Alya lagi padaku. “Wuih! Ngebayangin kak Alya diiket kayak sapi, aku mau donk kak jadi anak sapinya, hehe..” Feri mulai ikut nimbrung dengan tampang mesum. “Gua juga mau lho kak… Kita-kita jadi anak sapinya, terus nyusu ama emaknya, hehehe..” ujar Bono juga ikut-ikutan. “Hihihi Emak? Emangnya kakak mirip emak sapi yah dek? Bagusan dikit dong manggilnya.. misalnya, mama sapi yang suka menyusui sapi-sapi mudanya, Hihihi..” “Hah? Eh, anu kak.. iya, mama sapi.. hehe, jadi pengen nih kak…” mereka mulai salah tingkah di depan kakakku. Aku juga ikut membayangkan yang tidak-tidak tentang kak Alya sekarang. Celanaku mendadak mulai terasa sempit. “Pengen? Kalian bertiga mau nyusu sama kakak? Yee, mana bisa.. susu kakak kan cuman dua, kalau kalian bertiga, satu lagi nyusu dimana donk?” Gila nih kak Alya! Malah terus melayani omongan mereka, bahkan nantangin segala. Aku yang mendengarnya semakin panas dingin dibuatnya. “Yang satu gak usah jadi anak sapi deh kak.. jadi papa sapi aja, hehehe..” Bono mulai ikut-ikutan kelewatan. “Iya bro.. mama sapinya diiket, biar gak kemana-kemana.. hehe..” sekarang Feri yang mulai terbawa suasana. Aku entah kenapa hanya bisa terdiam tak percaya dengan pembicaraan kak Alya dan teman-temanku yang semakin menjurus ini. “Dek, masa kakak mau dijadikan sapi tuh sama mereka, diiket-iket, terus susu kakak diperas-peras, hihihi” ujar kak Alya yang malah cekikikan mendengar semua omongan kurang ajar mereka terhadapnya. Aku tentu saja marah, tapi membayangkan kakakku dijadiin sapi betul-betul membuatku horni. Aku sampai tak bisa bereaksi apa-apa. “Adeeeek, kamu kok diam aja sih?? Jadi mereka boleh nih jadiin kakak sapi? ya udah… kalian ikat kakak gih, hihihi” ujar kak Alya sambil menjulurkan kedua tangannya seperti pasrah untuk diikat. Aku dan teman-temanku tentu saja terkejut bukan main melihat ulah kakakku yang malah menantang mereka itu. Mereka tentu saja sangat bersemangat. “Eh, jangan kak!” ujarku cepat, gila aja kalau kakakku benar-benar akan diikat oleh mereka. “Hihihi… kakak bercanda kok dek…” ujar kak Alya yang membalas kecemasanku dengan tertawa renyah. “Lagian kakak juga gak kebayang betapa repotnya ngurusin si papah sapi sama anak-anaknya sekaligus.. Hihihi.. Kamu kebayang gak sih dek? Pengen lihat?” ujar kak Alya yang terus membuatku panas dingin. Kakakku ini sadar gak sih kalau dia sedang dilecehin? Kok malah kelihatannya suka seperti ingin hal itu benar-benar terjadi sih? Aduh, aku yakin bukan aku saja yang merasakan sempitnya celana bagian selangkangan. Ku lihat ketiga temanku duduknya juga sudah tidak nyaman. “Eh! Anu kak.. Emm..” mendadak aku jadi bingung antara ingin lihat atau tidak. “Hihi.. Liat deh muka adek tuh, jadi sama jeleknya kayak muka temen-temen adek. Cabul! Udah ah, bukannya pada lanjut bikin PR malah ngerjain kak Alya nanti” kata Kak Alya sambil pergi menuju ke dalam, meninggalkanku dalam keadaan mupeng berat. Duh! Mana celana sudah berasa sempit, malah ditinggalin begini aja. Kak Alya memang jahat! Tapi seksi banget! Obrolan panas antara kak Alya dengan teman-temanku tadi sungguh bikin aku terangsang. “Aduh bro.. gua numpang kamar mandi yak? Dah gak tahan nih..” si Dado sepertinya sudah tidak kuat menahan gejolak otongnya. Tentu saja dia tidak kuat, hanya dengan melihat sosok kak Alya saja siapapun pasti bakal mupeng, apalagi sampai digoda-godain segitunya sama kakakku yang cantik ini. Lagian juga sih kakakku. Pake goda-godain mereka. Kayak gak tahu aja mereka seperti apa. Aku saja sudah mau meledak rasanya. Tapi rugi kalau kukeluarkan di kamar mandi. Pokoknya harus di depan kak Alya. “Woi! Awas salah belok lo!” hardikku mengingatkan Dado. Siapa tahu tuh anak kalap lalu memperkosa kakakku, bisa kacau urusan. “Sumpah bro, gue beneran mau kekamar mandi kok…” sambil seperti menahan sesuatu Dado berjalan santai kekamar mandi, membuat roman mukanya yang sudah demek menjadi semakin jelek. Dua temanku yang lainpun sepertinya juga sedang mengalami hal yang sama. Ingin coli karena tidak tahan membayangkan hal yang tidak-tidak tentang kakak kandungku. Aku jadi teringat beberapa hari yang lalu ketika kak Alya menggoda bapak-bapak peminta sumbangan. Entah kemana bapak itu melampiaskan nafsunya yang tertunda itu. Ngebayangin kak Alya bugil dari balik pagar. Uugh, aku saja sampai meledak-ledak gak karuan ke dada kak Alya. Mana sembarangan pula nyampirin tanktopnya. Tapi aku malah jadi penasaran, tanktop kak Alya yang disampirin di pagar mendadak hilang. Siapa yang ambil ya? Setelah beberapa saat aku melamun sendiri tentang kak Alya, si Dado sudah kembali dengan wajah cerah sumringah seperti demit yang habis makan korban. “Wuih! Lega broo.. lo mendingan buruan deh keluarin, dari pada sakit nahan, hehe..” katanya cengengesan. “Ah lo! Buang tai aja pake ngomong-ngomong.. risih gua dengernya..” ujar si Feri tapi tetap saja beranjak gantian ke kamar mandi, kemudian setelah itu si Bono. Bener-bener kacau teman-temanku ini. Baru kali ini aku melihat orang coli bergantian pake kamar mandi, mana kamar mandi rumahku lagi. Hingga akhirnya mereka semua selesai dan sudah berkumpul kembali di ruang tamu. Aku tidak yakin kita masih bisa terus melanjutkan PR ini karena sepertinya semuanya sudah tidak lagi konsen, ya.. gara-gara kak Alya! Mungkin ini saatnya giliranku untuk juga buang pejuh. Hanya saja jurusanku tentunya bukan kamar mandi, melainkan kamar kak Alya. Aku ingin langsung beronani di depan kakakku, kalau bisa ngepejuin dia. Tanpa menunggu lagi aku langsung bangkit menuju ke kamar kakakku tercinta yang cantik dan seksi itu. “Kak Alyaa..” ketokku pada pintu kamarnya. Tidak ada yang menjawab. Apa kak Alya sedang tidur? Mumpung lagi tidur aku masuk saja, otong sudah ngga tahan. Bener kata Dado, kalau nggak disalurkan bisa sakit, hehe.. “Kak Alyaa.. aku masuk yaa?” ketika aku masuk kedalam kamarnya ternyata kak Alya tidak ada di dalam. Kamar kak Alya kosong! Kemana kak Alya? Masa iya kak Alya lagi ada di.. “Adeek! Minta tolong donk deek.. ambilin kakak handuk!” suara kak Alya memanggil dari ruangan lain. Dari ruang kamar mandi! Sejak kapan kak Alya berada di kamar mandi? Bukankah teman-temanku tadi juga dari kamar mandi? Membayangkan hal-hal yang mungkin saja terjadi mendadak membuat tubuhku lemas, badanku jadi panas dingin. “Kak Alya lagi apa sih..?” tanyaku kemudian saat sudah sampai di depan pintu kamar mandi. Kak Alya membuka pintu kamar mandi sedikit dan mengeluarkan kepalanya. “Hihi.. ya lagi mandi lah…” jawabnya sambil senyum-senyum. “Kan tadi udah mandi? Kok mandi lagi sih kak?” “Iya nih dek.. abisnya gerah banget.. jadi mandi lagi deeh.. lagian kamu pengen liat kakak tetep cantik, bersih dan segar kan? Hihihi” Kak Alya sepertinya memang baru saja mandi, terlihat dari rambutnya yang basah dan butiran air di wajahnya yang mengalir sampai ke dagunya. Aku betul-betul terpana melihat kecantikan kakakku ini. Kak Alya sendiri membalas melihatku dengan senyuman manis. Aduh… jantungku berdetak cepat, darahku berdesir memandang kakakku yang cantik ini tersenyum dengan sangat manisnya. Kondisinya yang sedang basah-basahan makin menambah keseksiannya. Membuat celanaku menjadi sempit! Sambil mengambil handuk yang ada di jemuran kecil yang terletak di dekat sana, aku lalu menerobos masuk ke kamar mandi untuk memberikan handuk itu padanya. Sekalian minta dicoliin kakakku. “Kak.. aku masuk ya… gak tahan nih” pintaku. “Eh eh, apaan nih mau masuk–masuk aja?” kak Alya menahan pintunya agar aku tidak masuk. “Kaak.. pengen nih kak…” rengekku. “Hihihi.. kamu tuh apa-apaan sih? Kakak tuh lagi mandi, nanti kotor lagi lhoo..” “Yaah, kak Alya.. ya udah deh..” Yah… tidak boleh, ya sudahlah. Seperti biasa ketika kak Alya menolak keinginanku, aku berusaha untuk memahaminya. Walau sebenarnya otong sudah tidak bisa diajak kerjasama lagi. “Adeek..” kak Alya tiba-tiba memanggilku dengan genit. Apakah kak Alya akan berubah pikiran? “Iya kak, apa kak? Boleh masuk yah?” tanyaku penuh semangat. “Bukaaaann….. Hmm… Kakak mau kasih lihat sesuatu yang spesial buat kamu” sambil mengedipkan matanya kak Alya tersenyum manis banget. Sungguh seksi gayanya. “Beneran kak?” “Hihihi..” “Kak? Serius nih..” ditanyain dianya malah ketawa. “Umm.. beneran gak yah? Kok kakak jadi bingung yah dek? Hihi..” kak Alya memanyunkan bibirnya dan mengerutkan alisnya seperti sedang pura-pura bingung. “Yaah.. kakak? Ga usah bingung-bingung deh!” aku memburu kak Alya supaya tidak ragu-ragu, karena yang tersiksa adalah kontiku juga. Karena apapun yang dia lakukan, selalu akan membuat otongku muncrat tak terkendali. “Makanya siniin handuk kakak.. entar kakak berubah pikiran lho.. sana gih, ada temen-temennya jugak” kata kak Alya mengusirku, tapi demi sesuatu yang membuatku penasaran, aku coba untuk bertahan. Sebentar lagi yah tong, kasihan banget otongku ini, tak berdaya melawan cantik dan genitnya kak Alya. Sebelum kembali aku melihat pakaian kak Alya di tumpukan keranjang pakaian kotor di sebelah jemuran kecil. Baju yang dia pakai tadi… kini kulihat ada bercak-bercak cairan yang sudah hampir mengering! Pasti ini kerjaan ketiga temanku. Kak Alya tahu gak sih kalau pakaiannya jadi korban onani para dedemit cabul itu!? Duh! Ingin rasanya onani juga, tapi teringat apa yang akan kak Alya suguhkan nanti membuatku mengurungkan niatku. Kak Alya ini bener-bener nakal. Selalu saja menggodaku terus. Ayahku menikah lagi saat ibuku sudah meninggal dua tahun yang lalu. Ayah menikahi janda beranak kedua anak nya adalah perempuan, karna anaknya kembar. Aku ditinggal ibuku meninggal saat masih SD. Dan kenapa ayah memilih menikahi janda beranak dua, karna agar aku tidak kesepian. Aku lebih tua 1 tahun dari tumbuh besar bersama seperti saudara kandung dari usia aku 7 tahun, Hingga saat ini 17 tahun. Dan usia mereka 16 tahun. Kini mereka adik kelas di SMA. Saat ini kami hanya tinggal bertiga dirumah. Kedua orang tua kami. Pergi ke desa, menjenguk kakek dan nenek disana. Sekalian membantu, membuka lahan perkebunan. Pagi Pagi ini, aku bangun lebih awal agar bisa lari pagi di sekitaran taman kota, sudah beberapa kali putaran, dan aku sudah merasa cukup capek. Akhirnya aku langsung pulang kerumahRumah Tiba di rumah, saat aku membuka pintu dan melepas sepatuku. Aku melihat kedua gadis seksi, menggunakan daster pendek, sehingga bagian dalamannya akan terlihat jika dia mengangkat tangan ke atas. Dan di tambah kedua gunung mereka sangat besar sebesar buah semangka. Dan mereka adalah adik sambung ku yang sudah ku sayang dan ku manjakan dari dulu. Sekilas info. Nama ayah ku danu dan ibu sambung dita. Nama aku miko, dan kedua adik kembarku bernama aya dan ayu nama panggilan nya. Kami bukan orang kaya, kehidupan kami sederhana saja namun bahagia, dan berkecukupan. "pagi kak, dari mana saja kak kok pagi gini. Udah dari luar."tanya Aya sembari meluruskan otot ototnya. "Habis lari lari sedikit di dekat taman" Jawabku sembari menuangkan air ke gelas yang ada di atas meja. " Kok kakak gak ngebangunin kami sih. Kami kan juga mau lari pagi. Ihhh kakak. Kesel aku"suara aya langsung ngegas tinggi memarahiku. *aduhh, sekarang aya sudah mulai bisa berkata kasar padaku. Padahal dulu waktu kecil dia sangat imut dan lucu banget, tidak pernah berkata kasar seperi saat ini. Kembali kan ayaku yang dulu*ucapku dalam hati. "Kenapa...? Kenapa tidak membangunkan kami." Kata aya dengan wajah marahnya langsung mendekat ke wajahku. Saat aku tak menjawab pertanyaan dia tadi. "Ma.. Maa. Aaf.. Aku tak ingin membangunkan kalian yang sedang tertidur pulas" Gugupku saat melihat wajah marah nya sangat menakutkan. "Inii.. Lihatt chat kita tadi malam aku sudah meminta kakak untuk membangunkan kami jika lari pagi lagi. Apakah kakak tidak ingatt...??? " Bentaknya sambil menyodorkan handphone nya yang berisi chatan kami tadi malam,ke depan wajahku. "Aku lupa" Jawabku"Haaa, lupa, apakah kami ini sudah tua, sehingga ingatan kamu tidak bagus lagi." Marah nya menjadi jadi.. *aduuhhh... Setiap hari kenapa harus gini terus sih sama aya. Beda banget sama ayu yang pendiam dan kalem. *keluh ku dalam hati. Aku langsung meminta maaf dan berjanji taka akan lupa lagi kali ini.. Dan aku memuji muji aya agar amarah nya cepat reda. Selesai perkelahian mulut bersama aya aku langsung memutuskan mandi, karna harus pergi kesekolah.'Ahhh... Segar sekali rasanya' saat aku memasukan tubuhku kedalam bak mandi. Aku mandi tidak menggunakan pakaian, Dan hanya tiba aya dan ayu membuka pintu kamar mandinya hingga membuat aku kaget setengah mati. "Tunggu, kenapa kakak mandi duluan. Harusnya kami yang duluan, susah berapa kali aku bilang ke kakak. Apakah kakak tidak mendengarkan perkataanku" Ucap aya dengan agak kasar, karna memang dia masih sedikit marah ke aku. "Kakak, kok sering sering lupa sekarang kenapa kak." Tanya ayu, dengan mengkuatirkan ke adaan ku. "Ayo cebat bangun dari tempat mandi dan tunggu diluar kami mau mandi dulu, atau kakak mau mandi bareng kami" Ngegas aya, bertanya ke padaku. Abang ku tersayang.. Maafkan Adik mu ini.. Oleh Gay Bercerita Story About Gay Gue berasal dari suatu keluarga yang menurut gue sih cukup lah. Malahan waktu bokap masih kerja boleh dibilang lebih dari cukup. Kita sekeluarga tinggal di SURABAYA. Bokap dan nyokap nikah tahun 1987. Tujuh bulan kemudian nyokap ngelahirin baby pertama, cewe, kembar, tapi lahir prematur dan akhirnya meninggal waktu masih bayi. Barulah di 1989 nyokap bisa sukses lahirin Abang sulung gue dalam keadaan sehat walafiat, namanya ”LEO” – Leo Abiyasa Setahun kemudian, pada tahun 1990, barulah lahir kakak gue, cewek, namanya ”GITA” – Sagita sagitarius Cahyaning 3 tahun kemudian, atau 4 tahun setelah Abang, gue lahir pada tahun 1993 dan gue diberi nama yang keren, yaitu ”Aries Bahuraksa” – dan gue sering disebut ARIS. Kelahiran gue emang diharapkan. Maksudnya, bonyok emang berharap punya anak cowok lagi. Makanya waktu gue lahir, sambutannya meriah Hohoho. kayak yg tau aja. Jadi sekarang ini, umur Bang Leo 22 tahun. Kak Gita 21 tahun. Dan gue sebagai anak bungsu yang cowok berumur 18 tahun. Kakak sulung gue, Bang Leo merupakan anak pertama, cowok, dan didapat setelah kehilangan bayi kembar cewek pertama yang lahir prematur, makanya ABANG jadi anak yang PALING DISAYANG dan dimanja di keluarga gue. Waktu nenek masih hidup dulu pernah bilang kalo waktu kecil apa yang diminta Abang selalu dikasih ortu dan juga keluarga yg lain. Mungkin karena gue adik yang satu2nya cowok, pada awalnya DULU sih Abang BAEK BANGET ke gue. Sejak gue gue masuk kelas 1 SD, gue selalu berangkat bareng ke sekolah sama Abang yang udah kelas 5, dan Abang selalu jalan sambil nuntun pegang tangan gue. Karena gue dan Abang se-kamar, kalo pagi2 kita suka mandi bareng, dia bantuin gue keramas rambut dan Abang juga sering bantuin bikin PR. Kalo Abang punya majalah Bobo yg baru dia sering certain ke gue. Di sekolah Abang jadi pelindung, kalo gue ribut sama temen atau anak2 yang lebih gede, Abang selalu ngebela gue. Intinya, waktu kecil itu, hubungan Abang AKRAB BANGET sama gue, adik bungsunya.. Pernah ada kejadian, gue gak sengaja pecahin Televisi. Ya elah,k namanya juga gue masih kecil. Tapi bokap malah marah abis!, Ya, hancurlah gue ditabok dan ditendang Bokap sampe kesakitan dan nangis. Waktu itu Abang nekad ngebela gue dari siksaan’ bokap, tapi akibatnya Abang juga ikut kena digamparin sama bokap. Gue nangis terus di kamar, Abang. Gue inget banget abang ikutan nangis dan berusaha hibur gue. Abang pelukin badan gue sambil tiduran. Gue tau waktu itu Abang kasian banget ke gue. Sejak kejadian itu, hubungan gue makin deket aja sama Abang. Semua kemauan gue selalu dia turutin. Gue malah jadi kebiasaan DIKELONIN Abang sambil selalu minta tidur DIPELUK sama Abang.. KELAKUAN ABANG MULAI NGE- BETE-IN Yah gitu deh, pokoknya waktu dulu itu Abang dan gue DEKET BANGET. Dan gue ngerasa Abang bener2 sayang ke gue paling enggak sampe gue naek ke kelas 3 SD. Kenapa gue bilang gitu?. Karena waktu gue naek kelas 3 SD, Abang masuk ke kelas 1 SMP, tapi sayangnya dia diterima di SMP yang gak favorit. Di sekolah situ banyak anak2 yang gak beres dan malah bikin Abang justru jadi males belajar. Efeknya, Abang bergaul sama mereka-mereka jadi kebawa gaya hidup BENGAL dan BEGUNDAL. Abang mulai kenal yang namanya rokok dan nge-bir . Di SMP, prestasi sekolah Abang mulai menurun banget. Sementara anak temen2 bokap yang seumuran abang justru bersinar. Abang pun dibanding2in. Bokap juga merasa kecewa banget gak bisa banggain abang, yang adalah harapan beliau, ke temen2nya, yang mana temen2nnya gue yakin selalu pamerin prestasi anak2nya, entah bener atau gak. Walaupun sejak kecil kami tumbuh dan besar secara bersamaan akan tetapi mungkin juga karena perbedaan umur 3 tahun, semua sifat dan keinginan Abang dan gue mulai ada perbedaan. Dan perbedaan-perbedaan itu semakin nampak sejak kami beranjak menjadi remaja, sehingga gue ngerasa hubungan gue dengan Abang makin jauh dan makin tidak akrab. Kita jalan masing-masing saja. >> Abang sebenernya anak yang pinter, tapi karena malas belajar dan brengsek, otomasis waktu masuk SMU juga Abang makin BRENGSEK. Di SMU Abang mulai kenal yang namanya MIRAS dan dia doyan MABUK-MABUKAN. Dan gue rasa juga SEX BEBAS dengan cewek2 bispak. Gue dan Abang juga makin sering CEKCOK. Kami sama sama punya rasa EGO yang keras, sehingga tidak mau saling mengalah walaupun kami bersaudara sekalipun. Akibatnya, karena kekerasan hati kamilah yang membuatnya kadang kami tidak bertegur sapa. Memang biasanya adik kakak yang bersaudara itu pasti rukun, kadang pergi bersama-sama dan sebagainya, akan tetapi sebaliknya dengan diri kami berdua ini, kadang rukun hanya sebentar kemudian bertengkar lagi, dan kalau boleh diambil persentasenya antara kami rukun atau jalan bersama dengan pertengkaran kami sebanding 2080, jadi lebih banyak ketidak sesuaian pendapat dari pada kecocokan kami. Abang juga makin jadi GALAK BANGET, sering ngambek dan suka JITAKIN kepala gua. Sehingga sejak gue masuk ke SMP diputuskan oleh orang tua kami untuk memisahkan kami mulai dari kamar tidur dan lain sebagainya agar kami tidak selalu bertengkar saja. Prestasi sekolah Abang di SMU MENURUN banget. Sementara anak temen2 bokap yang seumuran Abang justru bersinar. Abang pun dibanding2in. Bokap-Nyokap juga merasa kecewa banget gak bisa banggain Abang, yang adalah harapan beliau2, ke temen2nya, yang mana temen2nnya gue yakin selalu pamerin prestasi anak2nya, entah bener atau gak. Meanwhile, prestasi gue di sekolah berbanding terbalik ma Abang. Dan Bokap Nyokap kayaknya mulai menaruh harapan besar sama gue. Sejak saat itu juga gue makin jadi MUSUH buat Abang. Gue merasa Abang semakin MENJAUH dan menganggap gue SAINGAN yg harus disingkirin. Abang keliatan banget lebih sayang ke kakak cewek gue, GITA. Sejak di SMP, gue hidup tanpa bantuan Abang. Gue berjuang sendiri. Ada PR susah pun gue kerjain sendiri gak tanya2 lagi. Rasa IRI sangat2 ada dalam hati gue waktu liat temen2 gue seangkatan yang sering kali ceritain persahabatannya ma kakak-kakak mereka. Apalagi banyak juga temen2 gue, yang satu sekolahan sama kakak-kakak mereka. Abang makin TAMBAH JAUH lagi setelah dia sempat GAK NAEK KELAS di SMU. Dia makin sering mabuk2an minuman alkohol dan ketauan Tawuran dll sampe HAMPIR DIKELUARIN dari sekolah. ABANG PINDAH KE JOGJA Untungnya sebelon telat, Bokap kirim Abang ke JOGJA, ke PAMAN gue yg adalah TNI yg hidup di kompleks ABRI. Menurut bokap waktu itu, dengan ditiitipkan ke Paman, Abang bakalan berubah. Ditempa gitu di JOGJA sono sambil menyelesaikan sekolahnya di kelas 3 SMU. Waktu itu gue baru aja lulus dari kelas 3 SMP dan kami pun terpisah jarak. Kami hanya berhubungan melalui surat, email. Terkadang telepon kalau kangen banget especially nyokap. Gue mah dikit2 aja ngomongnya. Musuhan kan’. Gue juga merasa HUBUNGAN PERSAUDARAAN kami CUMA DIATAS KERTAS aja. Karena pada kenyataannya gue bahkan sama sekali gak pernah lagi dapat perhatian Abang sebagai seorang adek. “MAEN BURUNG2AN” DENGAN TEMAN2 Gue mulai mengenal hubungan sesama jenis sebenernya dari kecil dengan STEVEN dan TOMMY, mereka adik-kakak tetangga deket rumah gue. Waktu gue baru sekolah di SMP, STEVEN nemuin permainan yg asik banget. Namanya burung2an. Hahahaha. Waktu itu rumah Steven kosong. Dia panggil gue maen ke sana. Siang2 pulang sekolah gitu. Nah!. Nyampe di rumah Steven, dia ngajakin gue MAEN PERKOSAAN. Ceritanya gue disuruh jalan di depan. Dia pura-puranya ngerampok gue dan lalu dia perkosa gue. Gue dibuka bajunya trus ditindihin. Waww!. Karena maennya pake TELANJANG, otomatis KONTOL kami bertemu. Saling menggesek gesek kontol menimbulkan sensasi nikmat yang menggelinjang buat anak kecil yg masih remaja!. Terjadilah DRY ORGASME. Wakakakakak. Enak maen gosok2an kontol, nikmat, puas dan mau lagi. Setelah ronde pertama, kami putuskan gak perlu pake acara akting perkosa, langsung aja tindih2an dan gesek2. We called it “MAEN BURUNG2AN”. Wakakakakka. Goblok ya?. Gak puas sama Steven, besoknya gue ajarin TOMMY maen. Tommy itu ADIKNYA STEVEN dan umurnya 1 tahun lebih muda. Whew!. Lucu juga. Maksud gue ngajarin TOMMY itu sembunyi2 biar Steven kakaknya gak tau jujur gue lebih suka Tommy daripada Steven karena mukanya lebih imut, tapi berhubung gak ada tempat laen, akhirnya gue ngajarin Tommy di rumahnya. Jadi gue ngajarin Tommy di depan Steven. Lama2 kita malah maen bertiga. Anehnya, gue selalu enjoy banget NONTON adik-kakak Steven sama Tommy MAEN BARENG. Gak tau kenapa, gue seneng aja setiap ngeliat kakak-beradik itu BERGUMUL TELANJANG. Gue selalu ngerasa kepikiran tiap nonton 2 cowok yang BERSAUDARA KANDUNG itu sedang bercumbu. Whew!. Waktu itu, kita bertiga BELUM TAHU dan gak kepikiran bahwa hal itu sebenarnya permainan HOMOSEKS seperti cowok Gay. Yang jelas, permainan ini kami lakuin beberapa kali selama sekolah di SMP. Setelah masuk SMA hal itu tidak lagi kita lakukan karena Steven, Tommy dan keluarganya pindah ke Semarang. Itulah awalnya gue kenal hubungan sejenis. MULAI BERANI KE COWOK Gue yakin kalo gue KAGAK punya bakat Gay dari sononya, tapi hari berganti hari, gue ternyata lebih cenderung suka sama cowok daripada sama cewe. Gak bisa enggak!, soalnya dari masa remaja udah belajar “Maen Burung2an” dengan Steven dan adeknyaTommy, akibatnya dalam setiap sesi COLI, yang terbayang cuma kontol, kontol dan kontol. Hohoho. Namanya juga remaja yang lagi PUBER dan dipenuhi oeh rasa PENASARAN, waktu di SMU, gue juga sering nafsu ngeliat temen2 di SMA terutama yang gayanya macho, cowok banget, straight, cakep dan gagah. GILANG – TEMAN SEKOLAH GUE Di SMU itulah, gue mulai lagi naksir cowok2 teman sekolah gue. Contohnya dengan GILANG, anak tim basket temen sekolah gue.. Awalnya gue sering menyaksikan keindahan tubuh Gilang yang suka telanjang dada waktu maen basket di sekolah. Gak tau, gue selalu pengeeeeeeeeeennnnnnn bgt pegang “barangnya” Gilang. Menurut gue si Gilang tuh gagah dan sexy banget. Pokoknya Gilang itu cowok sejati banget .I like him. Tiap kali ketemu tu mata gue gak lepas dari yang namanya SELANGKANGAN Gilang yg terlihat sexy menonjol. Kadang gue pura2 mengalihkan pandangan, tapi dalam hitungan detik udah ganti fokus lagi ke selangkangan Gilang. Sekali waktu abis maen basket, kita berdua lagi ganti pakean di ruang ganti di sekolah. Gak tau kenapa, gue bener-bener lagi nafsu banget ke Gilang, dan waktu kita berdua ke Urinoir, gue ngeliatin kontol Gilang yang lagi kencing di sebelah. Padahal gue barusan mandi. Tapi gue keringetan. Yaeyalah, namanya keringet dingin karena nervous yang teramat sangat. Gue pengen banget megang kontol Gilang… Gilang heran liat gue perhatiin kontol dia terus, dan gue langsung frontal terus terang ke Gilang. Gak pake yang namanya basa-basi. ”Gue liat kontol elu donk Lang” kata gue terus terang. Dia kaget!. Otomatis dia NOLAK donk. Dari situ dia kayaknya ngerti kalo gue doyan kontol cowok. Aduh!, gue malu banget waktu itu. Tapi tanpa disangka, waktu pulang sekolah ngedadak Gilang ngomong . “Lu masih mau Ris?” Gua Kaget banget, tapi gua pura2 gak ngerti. “Mau apa?”. “Ngeliat titit gue??” katanya dengan ragu dan malu2. Gue cuma ngangguk aja. “Ya udah, lu ikut pulang bareng ke rumah gue deh Ris” katanya. Trus, waktu sampe di kamarnya, Gilang langsung plorotin celananya ….. Kontolnya yang masih lemes. Tapi waktu gue berusaha merogoh dengan tangan gue, ternyata sekali lagi Gilang MENOLAK ”Tadi katanya, elu cuma mau ngeliat doang?”. “Emang elu nafsu liat kontol gua?” Gilang tanya. mungkin karena waktu itu dia belum ngerti yang namanya homoseks Gua ngangguk lagi. Trus dia saranin gue COLI sendiri. Gue bilang gue mau COLI asal diliatin oleh dia. Eh, dia mau liatin. Yaudah. Gue berbuatlah MENGOCOK KONTOL SENDIRI di depan Gilang. Wow!, rasanya fantastis sekali gue bisa coli sambil diliatin oleh Gilang si cowok keren yg gagah itu. Setelah puas coli sambil ditonton Gilang sampe ngecrot, gue pulang pulang. Whew…. Setelah kejadian itu gue makin pengen banget ngeliat lagi kontol Gilang… Gue cari-cari siasat gimana biar seenggaknya bisa pegang kontol Gilang. Syukur-syukur kalo bisa gue oral. Hehehe. Terus terang, gue penasaran banget pengen ngerasain yang namanya ngisep kontol cowok ———————————————————————————————————————- Sekali waktu Gilang nginep di rumah gue. Sambil ngobrol2, pelan tapi pasti, tangan gue pegang dan raba2 paha Gilang, terus ke selangkangan dia. Lama-lama nyampe juga jendolan di balik celananya dia. Hohoho…. Gilang diem aja. tapi gue yakin dia sebenernya nyadar dari kali pertama. Baru pas tangan gue nyampe kontolnya, dia bilang, “ARIS MAU ITU??” Weleh weleh!. Did he say something? Mungkin dia udah tahu dari awal bahwa gua suka sama dia dan nafsu sama kontol dia. Ya mau lah!, Pengennya gue jawab gitu. Tapi gue pura-pura sopan aja… “MAU APA?” “Halah, jangan pura-pura” “Ini Lang?” tanya gue masih pura2 sambil meremas jendolan Gilang .”Ya itu, yang lu pegang.” “Diapain?” “Ya terserah diapain aja. Aris nafsu sama kontol gue kan??” Namanya cowok puber, mungkin Gilang penuh dengan rasa ingin tahu dan penasaran. Singkat cerita, gue bilang iya, gue suka si otongnya Gilang. Gak pake basa basi, gue plorotin celana Gilang dan tanpa diajarin siapa2 gue langsung gue isep kontol Gilang. Ya gitu deh!. Untuk pertama kalinya terjadilah ORAL SEX di kamar gue. Yaoloo… kontol yang tadinya lemes, gak sampe 1 menit langsung ngaceng!!. “Oooouuwww… uueeennnakkkk Riiiissss” Nafas Gilang ngos2an pertanda dia nafsu dan akhirnya jebol juga. Crroottt…, croooottt, croooottt…. Pejuh Gilang muncrat keluar dan langsung masuk kedalam mulut gue. “Idih?, kok lu telen pejuh gua?? gak jijik tuh Ris?” tanya Gue mau jawab, tapi -tiba mobil bokapnya Gilang dateng. Kita buru2 pake baju dan pestanya bubar!. Setelah hari itu Gilang dan Gue sering saling nginep di rumah.. Hehehe…Tapi tetep aja tiap kali nginep berdua awalnya Gilang pasti basa-basi “Aris, kalo lu mau tititku lagi, bilang aja, boleh kok”. Wheeww… alesan!, padahal dia udah doyan tuh . Dasar cowok munafik!. Tapi tetep aja dia selalu yang ber- pura2 ogah dan gak males2an. Tapi ngaceng, nafsu dan ngecrot juga!. Pengalaman pertama hari itu menjadikan kegiatan maen’ sama Gilang sebagai kebiasaan gue karena sebagai cowok yang masih berdarah muda, dia rupanya ketagihan diisep. Gilang doyan ngeliatin gimana gue nyedotin kontolnya dan akhirnya dia lebih suka melihat gue nelen pejuh dia. Dasar cowok NARSIS. Bukan cuma sama Gilang tapi juga dengan dan masih ada tons of similar activities involving temen2 cowok di sekolah gue yang rata2 masih perjaka dan BERTENAGA MUDA. Walaupun waktu itu gue BELUM PERNAH make-love beneran senggama tapi segala permainan tangan, KOCOK, GESEK dan ISEP2AN, sudah biasa gue lakukan dengan beberapa teman sekolah cowok yang lain. Gue ngerasa sebagian besar teman2 gue di sekolah dulu adalah COWOK2 yg dasarnya NORMAL, karena mereka menganggap permaenan itu hanya iseng2 dan rasa penasaran saja.. *OOT gak tau kenapa yang namanya tenaga-muda yang penasaran maen homoseks ternyata banyak banget, terutama temen2 cowok di sekolah gue. Mungkin rasa keingin tahuan para remaja itu membuat temen2 sekolah gue gampang digoda dan diajak ngeseks Kalo lu baca crita gue diatas, mungkin lu langsung menghakimi bahwa gue HYPERSEX atau seks maniak.. Vonis lu gak salah!. Gue akui gue GEDE NAFSU. Gue maniak yang gampang terangsang. Gak ngerti juga apa sebabnya. Mungkin karena faktor keturunan. KAKAK GUE juga, dari mata kepala gue sendiri sangat-sangat HYPER, tapi Abang gue itu COWOK NORMAL yang STRAIGHT banget jadi dia hanya doyan sama cewek doank. Walaupun gue gak tau kehidupan sex Abang gue, tapi gue tau jelas Abang berkali-kali ganti pacar cewek. Dan gue juga pernah nemuin foto Abang sama ceweknya lagi ciuman hot bgt. Selesai sekolah Sabtu itu langsung dilanjutkan rapat pengurus OSIS. Rapat itu dilakukan sebagai persiapan sekaligus pembentukan panitia kecil pemilihan OSIS yang baru. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemilihan dimaksudkan sebagai regenerasi dan anak-anak kelas 3 sudah tidak boleh lagi dipilih jadi pengurus, kecuali beberapa orang pengurus inti yang bakalan “naik pangkat” jadi penasihat. Usai rapat, aku bergegas mau langsung pulang, soalnya sorenya ada acara rutin bulanan pulang ke rumah ortu di kampung. Belum sempat aku keluar dari pintu ruangan rapat, suara nyaring cewek memanggilku. “Didik .. “ aku menoleh, ternyata Sarah yang langsung melambai supaya aku mendekat. “Dik, jangan pulang dulu. Ada sesuatu yang pengin aku omongin sama kamu,” kata Sarah setelah aku mendekat. “Tapi Rah, sore ini aku mau ke kampung. Bisa nggak dapet bis kalau kesorean,” jawabku. “Cuman sebentar kok Dik. Kamu tunggu dulu ya, aku mberesin ini dulu,” Sarah agak memaksaku sambil membenahi catatan-catatan rapat. Akhirnya aku duduk kembali. “Dik, kamu pacaran sama Nita ya?” tanya Sarah setelah ruangan sepi, tinggal kami berdua. Aku baru mengerti, Sarah sengaja melama-lamakan membenahi catatan rapat supaya ada kesempatan ngomong berdua denganku. “Emangnya, ada apa sih?” aku balik bertanya. “Enggak ada apa-apa sih .. “ Sarah berhenti sejenak. “Emmm, pengin nanya aja.” “Enggak kok, aku nggak pacaran sama Nita,” jawabku datar. “Ah, masa. Temen-temen banyak yang tahu kok, kalau kamu suka jalan bareng sama Nita, sering ke rumah Nita,” kata Sarah lagi. “Jalan bareng kan nggak lantas berarti pacaran tho,” bantahku. “Paling juga pakai alasan kuno Cuma temenan’,” Sarah berkata sambil mencibir, sehingga wajahnya kelihatan lucu, yang membuatku ketawa. “Cowok di mana-mana sama aja, banyak bo’ongnya.” “Ya terserah kamu sih kalau kamu nganggep aku bohong. Yang jelas, sudah aku bilang bahwa aku nggak pacaran sama Nita.” Aku sama sekali tidak bohong pada Sarah, karena aku sama Nita memang sudah punya komitmen untuk tidak ada komitmen’. Maksudnya, hubunganku dengan Nita hanya sekedar untuk kesenangan dan kepuasan, tanpa janji atau ikatan di kemudian hari. Hal itu yang kujelaskan seperlunya pada Sarah, tentunya tanpa menyinggung soal seks’ yang jadi menu utama hubunganku dengan Nita. “Nanti malem, mau nggak kamu ke rumahku?” tanya Nita sambil melangkah keluar ruangan bersamaku. “Kan udah kubilang tadi, aku mau pulang ke rumah ortu nanti,” jawabku. “Ke rumah ortu apa ke rumah Nita?” tanya Sarah dengan nada menyelidik dan menggoda. “Kamu mau percaya atau tidak sih, terserah. Emangnya kenapa sih, kok nyinggung-nyinggung Nita terus?” aku gantian bertanya. “Enggak kok, nggak kenapa-kenapa,” elak Sarah. Akhirnya kami jalan bersama sambil ngobrol soal-soal ringan yang lain. Aku dan Sarahpun berpisah di gerbang sekolah. Nita sudah ditunggu sopirnya, sedang aku langsung menuju halte. Sebelum berpisah, aku sempat berjanji untuk main ke rumah Nita lain waktu. ***** Diam-diam aku merasa geli. Masak malam minggu itu jalan-jalan sama Sarah harus ditemani kakaknya, dan diantar sopir lagi. Jangankan untuk ML, sekedar menciumpun rasanya hampir mustahil. Sebenarnya aku agak ogah-ogahan jalan-jalan model begitu, tapi rasanya tidak mungkin juga untuk membatalkan begitu saja. Rupanya aturan orang tua Sarah yang ketat itu, bakalan membuat hubunganku dengan Sarah jadi sekedar roman-romanan saja. Praktis acara pada saat itu hanya jalan-jalan ke Mall dan makan di food court’. Di tengah rasa bete itu aku coba menghibur diri dengan mencuri-curi pandang pada Mbak Indah, baik pada saat makan ataupun jalan. Mbak Indah, adalah kakak sulung Sarah yang kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di kota Y’. Dia pulang setiap 2 minggu atau sebulan sekali. Sama sepertiku, hanya beda level. Kalau Mbak Indah kuliah di ibukota propinsi dan mudik ke kotamadya, sedang aku sekolah di kotamadya mudiknya ke kota kecamatan. Wajah Mbak Indah sendiri hanya masuk kategori lumayan. Agak jauh dibandingkan Sarah. Kuperhatikan wajah Mbak Indah mirip ayahnya sedang Sarah mirip ibunya. Hanya Mbak Indah ini lumayan tinggi, tidak seperti Sarah yang pendek, meski sama-sama agak gemuk. Kuperhatikan daya tarik seksual Mbak Indah ada pada toketnya. Lumayan gede dan kelihatan menantang kalau dilihat dari samping, sehingga rasa-rasanya ingin tanganku menyusup ke balik T-Shirtnya yang longgar itu. Aku jadi ingat Nita. Ah, seandainya tidak aku tidak ke rumah Sarah, pasti aku sudah melayang bareng Nita. Saat Sarah ke toilet, Mbak Indah mendekatiku. “Heh, awas kamu jangan macem-macem sama Sarah!” katanya tiba-tiba sambil memandang tajam padaku. “Maksud Mbak, apa?” aku bertanya tidak mengerti. “Sarah itu anak lugu, tapi kamu jangan sekali-kali manfaatin keluguan dia!” katanya lagi. “Ini ada apa sih Mbak?” aku makin bingung. “Alah, pura-pura. Dari wajahmu itu kelihatan kalau kamu dari tadi bete,” aku hanya diam sambil merasa heran karena apa yang dikatakan Mbak Indah itu betul. “Kamu bete, karena malem ini kamu nggak bisa ngapa-ngapain sama Sarah, ya kan?” aku hanya tersenyum, Mbak Indah yang tadinya tutur katanya halus dan ramah berubah seperti itu. “Eh, malah senyam-senyum,” hardiknya sambil melotot. “Memang nggak boleh senyum. Abisnya Mbak Indah ini lucu,” kataku. “Lucu kepalamu,” Mbak Indah sewot. “Ya luculah. Kukira Mbak Indah ini lembut kayak Sarah, ternyata galak juga!” Aku tersenyum menggodanya. “Ih, senyam-senyum mlulu. Senyummu itu senyum mesum tahu, kayak matamu itu juga mata mesum!” Mbak Indah makin naik, wajahnya sedikit memerah. “Mbak cakep deh kalau marah-marah,” makin Mbak Indah marah, makin menjadi pula aku menggodanya. “Denger ya, aku nggak lagi bercanda. Kalau kamu berani macem-macem sama adikku, aku bisa bunuh kamu!” kali ini Mbak Indah nampak benar-benar marah. Akhirnya kusudahi juga menggodanya melihat Mbak Indah seperti itu, apalagi pengunjung mall yang lain kadang-kadang menoleh pada kami. Kuceritakan sedikit tentang hubunganku dengan Sarah selama ini, sampai pada acara apel’ pada saat itu. “Kalau soal pengin ngapa-ngapain, yah, itu sih awalnya memang ada. Tapi, sekarang udah lenyap. Sarah sepertinya bukan cewek yang tepat untuk diajak ngapa-ngapain, dia mah penginnya roman-romanan aja,” kataku mengakhiri penjelasanku. “Kamu ini ngomongnya terlalu terus-terang ya?” Nada Mbak Indah sudah mulai normal kembali. “Ya buat apa ngomong mbulet. Bagiku sih lebih baik begitu,” kataku lagi. “Tapi .. kenapa tadi sama aku kamu beraninya lirak-lirik aja. Nggak berani terus-terang mandang langsung?” Aku berpikir sejenak mencerna maksud pertanyaan Mbak Indah itu. Akhirnya aku mengerti, rupanya Mbak Indah tahu kalau aku diam-diam sering memperhatikan dia. “Yah .. masak jalan sama adiknya, Mbak-nya mau diembat juga,” kataku sambil garuk-garuk kepala. Setelah itu Sarah muncul dan dilanjutkan acara belanja di dept. store di mall itu. Selama menemani kakak beradik itu, aku mulai sering mendekati Mbak Indah jika kulihat Sarah sibuk memilih-milih pakaian. Aku mulai lancar menggoda Mbak Indah. Hampir jam 10 malam kami baru keluar dari mall. Lumayan pegal-pegal kaki ini menemani dua cewek jalan-jalan dan belanja. Sebelum keluar dari mall Mbak Indah sempat memberiku sobekan kertas, tentu saja tanpa sepengetahuan Sarah. “Baca di rumah,” bisiknya. *** Aku lega melihat Mbak Indah datang ke counter bus PATAS AC seperti yang diberitahukannya lewat sobekan kertas. Kulirik arloji menunjukkan jam setengah 9, berarti Mbak Indah terlambat setengah jam. “Sori terlambat. Mesti ngrayu Papa-Mama dulu, sebelum dikasih balik pagi-pagi,” Mbak Indah langsung ngerocos sambil meletakkan hand-bag-nya di kursi di sampingku yang kebetulan kosong. Sementara aku tak berkedip memandanginya. Mbak Indah nampak sangat feminin dalam kulot hitam, blouse warna krem, dan kaos yang juga berwarna hitam. Tahu aku pandangi, Mbak Indah memencet hidungku sambil ngomel-ngomel kecil, dan kami pun tertawa. Hanya sekitar sepuluh menit kami menunggu, sebelum bus berangkat. Dalam perjalanan di bus, aku tak tahan melihat Mbak Indah yang merem sambil bersandar. Tanganku pun mulai mengelu-elus tangannya. Mbak Indah membuka mata, kemudian bangun dari sandarannya dan mendekatkan kepalanya padaku. “Gimana, Mbaknya mau di-embat juga?” ledeknya sambil berbisik. “Kan lain jurusan,” aku membela diri. “Adik-nya jurusan roman-romanan, Mbak-nya jurusan … “ Aku tidak melanjutkan kata-kataku, tangan Mbak Indah sudah lebih dulu memencet hidungku. Selebihnya kami lebih banyak diam sambil tiduran selama perjalanan. *** Yang disebut kamar kos oleh Mbak Indah ternyata sebuah faviliun. Faviliun yang ditinggali Mbak Indah kecil tapi nampak lux, didukung lingkungannya yang juga perumahan mewah. “Kok bengong, ayo masuk,” Mbak Indah mencubit lenganku. “Peraturan di sini cuman satu, dilarang mengganggu tetangga. Jadi, cuek adalah cara paling baik.” Aku langsung merebahkan tubuhku di karpet ruang depan, sementara setelah meletakkan hand-bag-nya di dekat kakiku, Mbak Indah langsung menuju kulkas yang sepertinya terus on. “Nih, minum dulu, habis itu mandi,” kata Mbak Indah sambil menuangkan air dingin ke dalam gelas. “Kan tadi udah mandi Mbak,” kataku. “Ih, jorok. Males aku deket-deket orang jorok,” Mbak Indah tampak cemberut. “Kalau gitu, aku duluan mandi,” katanya sambil menyambar hand-bag dan menuju kamar. Aku lihat Mbak Indah tidak masuk kamar, tapi hanya membuka pintu dan memasukkan hand-bag-nya. Setelah itu dia berjalan ke belakang ke arah kamar mandi. “Mbak,” Mbak Indah berhenti dan menoleh mendengar panggilanku. “Aku mau mandi, tapi bareng ya?” “Ih, maunya .. “ Mbak Indah menjawab sambil tersenyum. Melihat itu aku langsung bangkit dan berlari ke arah Mbak Indah. Langsung kupeluk dia dari belakang tepat di depan pintu kamar mandi. Kusibakkan rambutnya, kuciumi leher belakangnya, sambil tangan kiriku mengusap-usap pinggulnya yang masih terbungkus kulot. Terdengar desahan Mbak Indah, sebelum dia memutar badan menghadapku. Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku. “Katanya mau mandi?” setelah berkata itu, lagi-lagi hidungku jadi sasaran, dipencet dan ditariknya sehingga terasa agak panas. Setelah itu diangkatnya kaosku, dilepaskannya sehingga aku bertelanjang dada. Kemudian tangannya langsung membuka kancing dan retsluiting jeans-ku. Lumayan cekatan Mbak Indah melakukannya, sepertinya sudah terbiasa. Seterusnya aku sendiri yang melakukannya sampai aku sempurna telanjang bulat di depan Mbak Indah. “Ih, nakal,” kata Mbak Indah sambil menyentil rudalku yang terayun-ayun akibat baru tegang separo. “Sakit Mbak,” aku meringis. “Biarin,” kata Mbak Indah yang diteruskan dengan melepas blouse-nya kemudian kaos hitamnya, sehingga bagian atasnya tinggal BH warna hitam yang masih dipakainya. Aku tak berkedip memandangi sepasang toket Mbak Indah yang masih tertutup BH, dan Mbak Indah tidak melanjutkan melepas pakainnya semua sambil tersenyum menggoda padaku. Birahi benar-benar sudah tak bisa kutahan. Langsung kuraih dan naikkan BH-nya, sehingga sepasang toket-nya yang besar itu terlepas. “Ih, pelan-pelan. Kalau BH-ku rusak, emangnya kamu mau ganti,” lagi-lagi hidungku jadi sasaran. Tapi aku sudah tidak peduli. Sambil memeluknya mulutku langsung mengulum tokenya yang sebelah kanan. Mbak Indah tidak berhenti mendesah sambil tangannya mengusap-usap rambutku. Aku makin bersemangat saja, mulutku makin rajin menggarap toketnya sebelah kanan dan kiri bergantian. Kukulum, kumainkan dengan lidah dan kadang kugigit kecil. Akibat seranganku yang makin intens itu Mbak Indah mulai menjerit-jerit kecil di sela-sela desahannya. Beberapa menit kulakukan aksi yang sangat dinikmati Mbak Indah itu, sebelum akhirnya dia mendorong kepalaku agar terlepas dari toketnya. Mbak Indah kemudian melepas BH, kulot dan CD-nya yang juga berwarna hitam. Sementara bibirnya nampak setengah terbuka sambil mendesi lirih dan matanya sudah mulai sayu, pertanda sudah horny berat. Belum sempat mataku menikmati tubuhnya yang sudah telanjang bulat, tangan kananya sudah menggenggam rudalku. Kemudian Mbak Indah berjalan mundur masuk kamar mandi sementara rudalku ditariknya. Aku meringis menahan rasa sakit, sekaligus pengin tertawa melihat kelakuan Mbak Indah itu. Mbak Indah langsung menutup pintu kamar mandi setelah kami sampai di dalam, yang diteruskan dengan menghidupkan shower. Diteruskannya dengan menarik dan memelukku tepat di bawah siraman air dari shower. Dan … “mmmmhhhh …. “ bibirnya sudah menyerbu bibirku dan melumatnya. Kuimbangi dengan aksi serupa. Seterusnya, siraman air shower mengguyur kepala, bibir bertemu bibir, lidah saling mengait, tubuh bagian depan menempel ketat dan sesekali saling menggesek, kedua tangan mengusap-usap bagian belakang tubuh pasangan, “Aaaaaahhh,” nikmat luar biasa. Tak ingat berapa lama kami melakukan aksi seperti itu, kami melanjutkannya dalam posisi duduk, tak ingat persis siapa yang mulai. Aku duduk bersandar pada dinding kamar mandi, kali ku luruskan, sementar Mbak Indah duduk di atas pahaku, lututnya menyentuh lantai kamar mandi. Kemudian kurasakan Mbak Indah melepaskan bibirnya dari bibirku, pelahan menyusur ke bawah. Berhenti di leherku, lidahnya beraksi menjilati leherku, berpindah-pindah. Setelah itu, dilanjutkan ke bawah lagi, berhenti di dadaku. Sebelah kanan-kiri, tengah jadi sasaran lidah dan bibirnya. Kemudian turun lagi ke bawah, ke perut, berhenti di pusar. Tangannya menggenggam rudalku, didorong sedikit ke samping dengan lembut, sementara lidahnya terus mempermainkan pusarku. Puas di situ, turun lagi, dan bijiku sekarang yang jadi sasaran. Sementara lidahnya beraksi di sana, tangan kanannya mengusap-usap kepala rudalku dengan lembut. Aku sampai berkelojotan sambil mengerang-erang menikmati aksi Mbak Indah yang seperti itu. Pelahan-lahan bibirnya merayap naik menyusuri batang rudalku, dan berhenti di bagian kepala, sementara tangannya ganti menggenggam bagian batang. Kepala rudalku dikulumnya, dijilati, berpindah dan berputar-putar, sehingga tak satu bagianpun yang terlewat. Beberapa saat kemudian, kutekan kepala Mbak Indah ke bawah, sehingga bagian batanku pun masuk 2/3 ke mulutnya. Digerakkannya kepalanya naik turun pelahan-lahan, berkali-kali. Kadang-kadang aksinya berhenti sejenak di bagian kepala, dijilati lagi, kemudian diteruskan naik turun lagi. Pertahananku nyaris jebol, tapi aku belum mau terjadi saat itu. Kutahan kepalanya, kuangkat pelan, tapi Mbak Indah seperti melawan. Hal itu terjadi beberapa kali, sampai akhirnya aku berhasil mengangkat kepalanya dan melepas rudalku dari mulutnya. Kuangkat kepala Mbak Indah, sementara matanya terpejam. Kudekatkan, dan kukulum lembut bibirnya. Pelan-pelan kurebahkan Mbak Indah yang masih memejamkan mata sambil mendesis itu ke lantai kamar mandi. Kutindih sambil mulutku melahap kedua toketnya, sementara tanganku meremasnya bergantian. Erangannya, desahannya, jeritan-jeritan kecilnya bersahut-sahutan di tengah gemericik siraman air shower. Kuturunkan lagi mulutku, berhenti di gundukan yang ditumbuhi bulu lebat, namun tercukur dan tertata rapi. Beberapa kali kugigit pelan bulu-bulu itu, sehingga pemiliknya menggelinjang ke kanan kiri. Kemudian kupisahkan kedua pahanya yang putih,besar dan empuk itu. Kubuka lebar-lebar. Kudaratkan bibirku di bibir memeknya, kukecup pelan. Kujulurkan lidahku, kutusuk-tusukan pelan ke daging menonjol di antar belahan memek Mbak Indah. Pantat Mbak Indah mulai bergoyang-goyang pelahan, sementara tangannya menjambak atau lebih tepatnya meremas rambutku, karena jambakannya lembut dan tidak menyakitkan. Kumasukkan jari tengahku ku lubang memeknya, ku keluar masukkan dengan pelan. Desisan Mbak Indah makin panjang, dan sempat ku lirik matanya masih terpejam. Kupercepat gerakan jariku di dalam lubang memeknya, tapi tangannya langsung meraih tanganku yang sedang beraksi itu dan menahannya. Kupelankan lagi, dan Mbak melepas tangannya dari tanganku. Setiap kupercepat lagi, tangan Mbak Indah meraih tanganku lagi, sehingga akhirnya aku mengerti dia hanya mau jariku bergerak pelahan di dalam memeknya. Beberapa menit kemudian, kurasakan Mbak Indah mengangkat kepalaku menjauhkan dari memeknya. Mbak Indah membuka mata dan memberi isyarat padaku agar duduk bersandar di dinding kamar mandi. Seterusnya merayap ke atasku, mengangkang tepat di depanku. Tangannya meraih rudalku, diarahkan dan dimasukkan ke dalam lubang memeknya. “Oooooooooooohh ,” Mbak Indah melenguh panjang dan matanya kembali terpejam saat rudalku masuk seluruhnya ke dalam memeknya. Mbak Indah mulai bergerak naik-turun pelahan sambil sesekali pinggulnya membuat gerakan memutar. Aku tidak sabar menghadapi aksi Mbak Indah yang menurutku terlalu pelahan itu, mulai kusodok-sodokkan rudalku dari bawah dengan cukup cepat. Mbak Indah menghentikan gerakannya, tangannya menekan dadaku cukup kuat sambil kepala menggeleng, seperti melarangku melakukan aksi sodok itu. Hal itu terjadi beberapa kali, yang sebenarnya membuatku agak kecewa, sampai akhirnya Mbak Indah membuka matanya, tangannya mengusap kedua mataku seperti menyuruhkan memejamkan mata. Aku menurut dan memejamkan mataku. Setelah beberapa saat aku memejamkan mata, aku mulai bisa memperhatikan dengan telingaku apa yang dari tadi tidak kuperhatikan, aku mulai bisa merasakan apa yang dari tadi tidak kurasakan. Desahan dan erangan Mbak Indah ternyata sangat teratur dan serasi dengan gerakan pantatnya,sehingga suara dari mulutnya, suara alat kelamin kami yang menyatu dan suara siraman air shower seperti sebuah harmoni yang begitu indah. Dalam keterpejaman mata itu, aku seperti melayang-layang dan sekelilingku terasa begitu indah, seperti nama wanita yang sedang menyatu denganku. Kenikmatan yang kurasakan pun terasa lain, bukan kenikmatan luar biasa yang menhentak-hentak, tapi kenikmatan yang sedikit-sedikit, seperti mengalir pelahan di seluruh syarafku, dan mengendap sampai ke ulu hatiku. Beberapa menit kemudian gerakan Mbak Indah berhenti pas saat rudalku amblas seluruhnya. Ada sekitar 5 detik dia diam saja dalam posisi seperti itu. Kemudian kedua tangannya meraih kedua tanganku sambil melontarkan kepalanya ke belakang. Kubuka mataku, kupegang kuat-kuat kedua telapak tangannya dan kutahan agar Mbak Indah tidak jatuh ke belakang. Setelah itu pantatnya membuat gerakan ke kanan-kiri dan terasa menekan-nekan rudal dan pantatku. “Aaa .. aaaaaa … aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh,” desahan dan jeritan kecil Mbak Indah itu disertai kepala dan tubuhnya yang bergerak ke depan. Mbak Indah menjatuhkan diri padaku seperti menubruk, tangannya memeluk tubukku, sedang kepalanya bersandar di bahu kiriku. Ku balas memeluknya dan kubelai-belai Mbak Indah yang baru saja menikmati orgasmenya. Sebuah cara orgasme yang eksotik dan artistik. Setelah puas meresapi kenikmatan yang baru diraihnya, Mbak Indah mengangkat kepala dan membuka matanya. Dia tersenyum yang diteruskan mencium bibirku dengan lembut. Belum sempat aku membalas ciumannya, Mbak Indah sudah bangkit dan bergeser ke samping. Segera kubimbing dia agar rebahan dan telentang di lantai kamar mandi. Mbak Indah mengikuti kemauanku sambil terus menatapku dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Kemudian kuarahkan rudalku yang rasanya seperti empot-empotkan ke lubang memeknya, kumasukkan seluruhnya. Setelah amblas semuanya Mbak Indah memelekku sambil berbisik pelan. “Jangan di dalam ya sayang, aku belum minum obat,” aku mengangguk pelan mengerti maksudnya. Setelah itu mulai kugoyang-goyang pantatku pelan-pelan sambil kupejamkan mata. Aku ingin merasakan kembali kenikmatan yang sedikit-sedikit tapi meresap sampai ke ulu hati seperti sebelumnya. Tapi aku gagal, meski beberapa lama mencoba. Akhirnya aku membuat gerakan seperti biasa, seperti yang biasa kulakukan pada tante Ani atau Nita. Bergerak maju mundur dari pelan dan makin lama makin cepat. “Aaaah… Hoooohh,” aku hampir pada puncak, dan Mbak Indah cukup cekatan. Didorongnya tubuhku sehingga rudalku terlepas dari memeknya. Rupanya dia tahu tidak mampu mengontrol diriku dan lupa pada pesannya. Seterusnya tangannya meraih rudalku sambil setengah bangun. Dikocok-kocoknya dengan gengaman yang cukup kuat, seterusnya aku bergeser ke depan sehingga rudalku tepat berada di atas perut Mbak Indah. “Aaaaaaaah … aaaaaaahhh … crottt… crotttt ..,” beberapa kali spermaku muncrat membasahi dada dan perut Mbak Indah. Aku merebahku tubuhku yang terasa lemas di samping Mbak Indah, sambil memandanginya yang asyik mengusap meratakan spermaku di tubuhnya. “Hampir lupa ya?” lagi-lagi hidungku jadi sasarannya waktu Mbak Indah mengucapkan kata-kata itu. *** Selama di bus dalam perjalanan pulang aku memejamkan mata sambil mengingat-ingat pengalaman yang baru saja ku dapat dari Mbak Indah. Saat di kamar mandi, dan saat mengulangi sekali lagi di kamarnya. Seorang wanita dengan gaya bersetubuh yang begitu lembut dan penuh perasaan. “Kalau sekedar mengejar kepuasan nafsu, itu gampang. Tapi aku mau lebih. Aku mau kepuasan nafsuku selaras dengan kepuasan yang terasa di jiwaku.” Kepuasan yang terasa di jiwa, itulah hal yang kudapat dari Mbak Indah dan hanya dari Mbak Indah, karena kelak setelah gonta-ganti pasangan, tetap saja belum pernah kudapatkan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari Mbak Indah. Kepuasan dan kenikmatan yang masih terasa dalam jangka waktu yang cukup lama meskipun persetubuhan berakhir. “Ingat ya, jangan pernah sekali-kali kamu lakukan sama Sarah. Kalau sampai kamu lakukan, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!” Aku terbangun, rupanya dalam tidurku aku bermimpi Mbak Indah memperingatkanku tentang Sarah, adiknya. Dan bus pun sudah mulai masuk terminal. cerita dewasacerita hotcerita sekscerita sex Namaku Hardi, usiaku 22 tahun , sudah bekerja di salah satu perusahaan 170. brt 65 kg, wajahku standar aja alias pasaran, tp cewek2 bnyak yg suka dengan parasku ini. Aku akan menceritakan awal kisah ini yang terjadi 2 tahun yang lalusampe sekarang masih berlanjut, saat usiaku 20 tahun. Aku 3 bersodara..kakakku perempuan sudah menikah dan sudah punya rumah sendiri, punya anak satu umur 5 tahun , masih TK, Kakakku umurnya selisih 3 tahun denganku, namanya mbak Yanti. Sedangkan adikku umur 14 tahun, juga perempuan ,SMP kelas 2, namanya wajahnya lumayan manis, tinggi sekitar 155cm, berat kira2 45 kg, pantat sudah mulai membentuk bulat indah, dan tampak kencang banget. Buah dada sudah nampak mulai tumbuh ranum-ranumnya, sering aku jadi curi2 pandang ke balik tanktop putihnya yang tanpa bra, saat dia mau ganti pakaian sepulang sekolah atau saat bersantai nonton tv. Kadang muncul dalam benakku keinginan untuk bisa meremas tetek adikku yg baru mekar itu, sungguh menggemaskan dan amat mengundang birahiku. Apalagi lingkaran coklat muda terlihat samar-samar dan putingnya yg menonjol kecil, nampak indah dan menggiurkan. Ku hanya bisa menelan ludah, untuk membasahi kerongkonganku yg mengering terbakar panas birahi yg tersembunyi. Adikku masih lugu, ngga merasa bahwa perubahan tubuhnya megundang birahi lelaki, walau pun itu aku, kakaknya sendiri. Aku pun heran, kenapa aku bisa suka pada saudara kandungku sendiri ? Aku tak mengerti kenapa ada rasa seperti ini terjadi ku bertanya dalam hati, " Kapan ya ada kesempatan aku bisa menikmati tubuh adikku ?""Pasti ada cara untuk itu, kamu pasti bisa! Kamu punya akal." bisik setan dalam otakku."Jangan kau lakukan itu. Itu dosa besar. Apalagi itu kan adik kandungmu sendiri!", sisi baikku mengingatkanku. Bisikan itu selalu datang silih berganti, tapi si otong kecilku ini tak bisa di ajak kompromi, dia begitu kelojotan ingin keluar dari persembunyiannya manakala pemandangan yg syur tampak lagi di depan mataku. Kala itu,aku tengah menikmati kopi panas sambil nonton film remaja pada sebuah stasiun tv swasta. Adikku yg baru datang sekolah langsung menyimpan tas di meja belajarnya dan terus membuka baju seragam SMP nya tanpa malu-malu di depanku, karena memang sudah terbiasa seperti itu. Mungkin juga karena tidak ada orang lain, selain keluarganya sendiri. Setelah menggantungkan bajunya, Titi begitu kami memanggilnya, dan atasannya hanya mengenakan tanktop, langsung rebahan di atas karpet merah jambu, sambil nonton tv."Judulnya apa, mas ?" tanya adikku tanpa melirik ke arahku, sambil membetulkan bantal untuk alas tidurnya."Gak tahu, mas aja baru nyetel." jawabku. Sambil mataku tak terlepas dari tonjolan dada adiku yg aduhai, terpampang depan mataku. Gundukan gunung kembarnya tampak naik turun, seiring tarikan nafasnya, makin membuat " otong " ku perlahan-lahan berdiri di balik celana dalamku. Kalau sudah begitu, hanya sabun mandi yg sering nuntasin permasalahan seperti ini. Rok Smp yg masih dikenakannya tersingkap menampakkan putih pahanya yg mulus dan berisi. Ingin sekali ku merabanya." asem juga ni anak, bikin aku konak." gerutuku dlm hati."Gak makan dulu Ti ?", tanyaku sambil mata tak lepas dari bukit kembarnya."Nanti aja lah belum lapar.", balasnya."Nanti masuk angin lho, jangan dibiasakan telat makan gitu.""Yang masuk angin tuh mas Har. Ngopi mulu tiap hari, bikin perut kembung tuh?", ledeknya sambil nyengir."Ehhh, ni anak sok tahu nih. Kucubit ntar baru nyaho luh.""Cubit aja, tapi jangan keras-keras.", jawabnya makin ngeledek."Gini!"sambil kucubit pipinya yg mulus tanpa bintik jerawat satupun tumbuh di pipinya."Aaooww! sakit tahu." katanya sambil bibirnya agak di manyunin berlagak marah."Habis mas gemes sama kamu, adik kakak yg paling imut-imut.""Yeyy, imut-imut apa amit-amit." katanya sambil tersipu."Imut, tahu arti imut ?""Apa ?" tanyanya sambil menengadahkan kepalanya melirikku."Imut itu .... artinya Ingin ngemut." Jawabku sambil tertawa."Ihh! jorse.....mas Har nih." kata Titi sambil ninjuk ke arahku."Apa tuh jorse ?""Jorok sekali tahu !""Ah masa gitu aja jorok, yg jorok tuh yg belum mandi, kaya yg lagi tiduran, bau.""Biarin, yang penting kan manis. Wek!" cibir adikku ngeledek"Yang manis apanya ?"balasku sambil kudekatkan wajahku ku ke wajahnya sambil ku balas mencibir."Ya wajahnya dong, sama senyumnya.""Mana ?" sambil kucium pipinya gregetan. " ah...bau....." ledekku."ih, mas Har genit deh." cemberut adikku sambil ngusap pipinya dengan telapak tangannya."Biarin, sama adiknya ini. Mau di cium lagi.....?'"Gak mau !!" spontan kedua tangannya menutup wajahnya yang iseng, kukelitik pinggangnya yang terbuka karena tanktop yg dikenakannya agak terangkat ke atas."Aahhh....massss.....geli !!"tangannya menepis tanganku dari pinggangnya sambil terus bangkit lantas mencubit tanganku."Aduuhh! Nyubitnya beneran, sakit nih. Tuh kan lecet deh, Ti.""Biarin! Lagian ngeledek aja." sambil berbalik mau tiduran dia membelakangiku,kuraih pinggangnya dan kududukkan di pangkuanku."Kubalas kamu, nih!" sambil kucubit pahanya yg putih mulus,kiri dan kanan. Titi meronta -ronta sambil cekikikan karena geli."Gak mau gak mau, mass! Udah udah ! geli!" sambil tangannya mencubit lenganku. Ada rasa nikmat menjalari tubuhku, saat senjataku ditekan-tekan pantatnya yg kenyal karena meronta-ronta. Sesekali telapak tanganku menyentuh setumpuk daging empuk di dadanya, saat tubuh Titi menggelinjang kegelian. Tak ingin rasanya kulepaskan dekapan ini, tapi ku takut nanti adikku malah jadi marah dan menganggap kakaknya cabul. Perlahan kulepaskan dekapanku di pinggangnya tapi anehnya Titi tak segera menjauh dari dekapanku, seolah pantatnya malh agak menekan ke Mr. P ku yang tegang sedari tadi."Sudah ah, mau mandi dulu ntar diledek lagi sama masku yg ganteng tapi cerewet."kata Titi sambil bangkit dari dekapanku."Eh....malah ngeledek lagi ni anak." kataku sambil bangkit dari dudukku seolah hendak menangkapnya. Titi langsung lari menjauh."Ti, mas mandiin nggak ?" candaku."Emang balita, gak bisa mandi sendiri."jawabnya dari dalam kamar, saat ambil handuk."Alah, dulu aja mas Har sering mandiin kamu. Malu ya sekarang sudah punya pacar ?""What !?? pacar ? sekolah dulu kaleeeee." teriak adikku sambil mencibir, terus berlalu ke kamar lama kudengar guyuran air dari kamar mandi, sementara anganku melayang membayangkan betapa nikmatnya jika ku bisa leluasa mencium bibir adikku yg merah alami, laksana mawar nan merekah dan kubelai lembut tetek ranum yg mengkel serta kukulum puting mungilnya yg coklat kemerahan itu."Ah!!! gila! Kenapa pikiran seperti itu selalu timbul ?! bener2 kakak tidak waras aku ini!" batin ku menghardik diriku beranjak dari kursiku dan ngeloyar ke dapur sambil membawa gelas, setelah kopi nya kutenggak habis membasahi kerongkongan yg terasa kering karena panas birahi atas adikku barusan."Mandinya sudah belum ,Ti?" teriakku saat sudah tak terdengar suara guyuran air dari gayung bak mandi."Sudah, lagi mau mandi juga ?""Iya.""Kenapa nggak bareng Titi barusan? Sambil mandiin Titi." katanya setelah berada di luar kamar mandi."Ya udah sini, mas pangku lagi ke kamar mandi." kataku seolah hendak membopongnya. Titi lari sambil cekikikan, hanya berbalut handuk bergambar "Snoopy" ,sangat buru-buru ke kamar mandi, sebenarnya ingin cepat menuntaskan permainan rahasiaku selama ini. Saati birahi tengah memuncak, dengan onani lah kuselesaikan hasrat dan 5 sore, ibuku pulang dari pasar,semenjak ayahku tiada, ibulah yang selama ini menafkahi keluarga yang kini ku bantu juga dari gaji yang kuperoleh tiap bulan dari hasil kerjaku. Kebetulan ibu memiliki kios pakaian di pasar, walau tidak besar tapi cukuplah untuk biaya hidup kami sehari-hari."Kok sore pulangnya ,bu, rame ya kiosnya ?""Ya lumayan rame juga ,Har. Ini kan tanggal muda. Mana adikmu, Har?"Tidur Bu.""Oh iya! Har, lusa kan budhemu mau hajatan, nikahin sepupumu, si Reni. Jadi besok ibu mau ke Wonogiri, paling dua hari. Kamu kan masih cuti, jadi tolong jagain dulu kios. Sayang kalau tutup, siangnya biar Titi bantuin kamu sepulang sekolah. Nggak enak kalau ibu nggak ke sana.""Emang berangkat jam berapa, bu?"tanyaku"Sekitar jam 7 pagi, biar sampai sana tidak terlalu sore. Soalnya angkutan ke dusunnya agak susah kalau sore.""Iya bu, biar besok Hardi yg jagain kiosnya."Ibu terus ngeloyor ke kamarnya, ambil handuk terus sekitar jam 7 pagi, aku mengantarkan ibuku ke terminal. Setelah ibu mendapatkan bisnya, aku langsung cabut menuju pasar untuk menunggui kios pakaian untuk dua hari ke depan. Sambil menunggu pembeli datang, iseng ku buka internet dan mencari-cari situs porno dan cerita2 dewasa. Terbersit di anganku, "indah juga kayaknya bila aku bisa bercinta dengan adikku yg masih polos." Begitu pikirku setelah tadi sempat membaca cerita incest yg sangat membangkitkan nafsuku dan rasanya aku ingin mencoba bercinta dengan Titi, adik kandungku sendiri, yg sering membuatku jadi bernafsu. Lama ku berangan dan mencari cara, agar bisa lebih dekat dan bisa mencumbunya." Kalau dia tidak mau ? Ahh..peduli amat, si amat aja gak peduli sama gue, yg penting aku berusaha",pikirku dalam di saat ibuku tak ada di rumah, aku temukan cara agar aku bisa bercumbu dengannya, paling nggak ku bisa merasakan hangat bibirnya atau merasakan empuk kedua tetek mungilnya yg selalu menggoda hati. Berhasil atau tidak terserah nanti, ku jalankan rencananya dulu jam 1 siang ,saat aku tengah terhanyut dalam khayalan. Tiba-tiba........"Hayoooo...siang bolong gini menghayal. Lagi ngayalin apa tuh ?"Adikku mengagetkan dan membuyarkan lamunanku."Eeehhhh...ni anak ganggu orang lagi asyik aja.""Siapa yg main selonong. Mas aja terlalu asik bengong gitu. Ayam tetangga aja kebanyakan bengong gitu langsung tewas lho mas.""Eh, songong ya, Doain cepet mati ya ?""Hehe.."adikku cuma nyengir, sambil terus meletakkan tas sekolahnya dalam kios."Sudah makan belum mas ?" Tanya Titi setelah berada di sampingku. "Belum, emang kamu mau makan apa ,Ti ?""Beli nasi soto aja mas, di tempat bude Ginah. Enak sotonya.""Ya udah, sana beli dua, mas juga belum makan." kataku sambil ngodok dompet dan memberikan beberapa lembar uang pada adikku, yg terus berlalu setelah menerima uang makan,aku bilang hendak keluar sebentar mencari sesuatu pada adikku dan terus ngeloyor mencari toko kaset, dan membeli kaset DVD, untuk ku stel nanti di rumah,sebagai awal minggu yg biasanya jam 7 aku sudah pergi ke rumah pacarku,Mira. Namun karena di luar hujan dan karena di rumah tak ada ibuku, jadi tak ada yg nemenin adikku yg penakut itu, akhirnya aku malam Mingguan di rumah. Ditambah lagi aku punya satu rencana kotor sama adikku, jadi klop lah situasinya dan sangat kami selesai makan malam, aku ngeloyor ke ruang tengah untuk sekedar menikmati sebatang rokok kretek kesukaanku, sambil nonton acara televisi. Titi, adikku, masih di dapur membereskan piring kotor bekas kami makan. Tak berapa lama nongol dan duduk disampingku, sambil nonton tv. Hujan masih deras, terkadang diiringi guntur yg bergemuruh di angkasa. Remot tv kuraih, dan kumatiin tvnya."Kok dimatiin sih mas ?" protes adikku yg tengah asyik nonton acara di stasiun tv swasta, tiba2 tv nya ku off."Takut ada petir, Ti. Bahaya atau mending kita nyetel kaset film aja di dvd ya, mas punya film baru nih.""Film apaan,mas ?"tanyanya sambil menoleh ke arahku."Kayaknya seru sih, film laga indonesia" jawabku sambil terus bangkit dari kursi dan mengambil casset yang tadi kubeli di pasar di rak kabel penghubung dari dvd ke tv, lantas kunyalakan lg tv untuk memutar filmnya, setelah program kupindah ke Vhf. Di awal film, tampak adegannya biasa saja, namun lama kelamaan jadi sedikit mencekam, apalagi setelah terjadinya pembunuhan terhadap kekasih peran utama oleh sekumpulan genk, disitu adegannya mulai menakutkan. Yang mana, wanita korban pembunuhan itu menjadi hantu menyeramkan, karena arwahnya penasaran. Adikku tampak tegang menyaksikan film yg ternyata sebuah film horor, kadang kedua telapak tangannya digunakan untuk menutupi matanya, saat hantu menyeramkan muncul hendak menuntut balas pada orang2 yg mencelakainya. Terkadang juga Titi teriak kaget dengan kemunculan hantu seram itu yg tiba-tiba dan diiringi dentuman keras dari instrumen horor yg mengejutkan. Lama kelamaan Titi merasa takut dan nggak nyaman menonton filh horor ini."Sudah lah mas, jangan nyetel film itu. Ngeri ih.." katanya sambil nyengir seraya mengangkat bahunya."Ntar dulu Ti, seru nih." jawabku , padahal sengaja agar dia semakin merasa takut dan selanjutnya tentu agar apa yg kuharapkan dan kurencanakan bisa sukses total."Ahh...masss. tak matiin nih." katanya hendak beranjak dari duduknya."Nanti dulu Ti." seraya tanganku meraih tangan adikku, mencegah agar jangan mematikan tv nya."Kalau kamu takut, tidur aja sana, biar nanti di kamar ditemenin hantu seram itu." kataku menakut-nakuti"Tuhhh kaann, malah nakut-nakutin lagi. Iihh !!!"sungut adikku sewot kayak mau nangis."Sorry canda. Masa gitu aja takut, udah perawan gitu masih penakut aja kayak dulu sih, Sini kalau takut tiduran sini aja, jangan nonton.""Sama aja! Nggak lihat tapi denger. hhuuhhh...." rutuk adikku lagi"Yaudah volumenya mas kecilin. Tiduran aja sini."kataku agar adikku tiduran di sampingku. Walau masih cemberut, akhirnya adikku tiduran di sofa di selang beberapa lama, kuraih remot dan meng-off tv dan dvd nya walau film horor yg kuputar belum usai tapi itu cukup untuk membangkitkan rasa takut pada diri adikku."Mas ngantuk mau tidur. Udah.. tidur di kamar sana atau mau tiduran di situ, ntar ada yg keluar dari kaset itu tuh." kataku sambil nunjuk ke dvd."Maaassss!!!" bentak adikku seraya cemberut."Hiii...takuuutttt...." kataku terus lari kecil ke arah kamar sambil ngeledek adikku."Mass!!!" jeritnya sambil sontak bangkit dari tidurnya."Maksud mas takut sama kamu, abiss cemberut gitu. Udah, kalau takut tidur sini aja sama mas, atau berani sendiri ?"Tanpa menjawab masih sambil merengut Titi ngeloyor ke kamarku terus duduk di tepi ranjang. "Lho kok malah bengong gitu. Ayam tetangga aja mati karena sering bengong gitu lhoo." kataku membalas ledekan adikku tadi siang di pasar. Titi jadi tersenyum mendengar ledekanku, tapi sejenak terus bibirnya dimanyunin lagi seolah bener2 jengkel."Sudah naik sana, mas yg sebelah pinggir sini. Gak ambil selimut dulu, Ti ?""Gak..." jawabnya ketus."Ya udah. kalau dingin pake selimut mas aja. Tidur sana.."Akhirnya Titi naik juga terus tidur miring menghadap tembok, memunggungiku. Akupun nyusul merebahkan tubuhku, di sebelah kanan adikku, yg diam membisu, mungkin merasa jengkel dengan ulahku. Masih menatap langit kamar, kubuka pembicaraan untuk mencairkan suasana."Mas jadi ingat waktu kecil dulu Ti." sebentar hening menunggu reaksinya."Dulu saat kamu masih umur 3 tahunan sampai masuk TK suka minta tidur bareng dengan mas, padahal dulu sering mas isengin ya. Eee....kini tidur bareng lagi ya. Waktu itu mas Hardi sudah sekolah dan masih kelas 3 SD kalau gak salah, sampai mas Har kelas 5 SD masih suka tidur bareng kamu. Kamu masih ingat nggak Ti...?" Tanyaku mencoba membuat jalan komunikasi dengan adikku yg masih terdiam. Hening sejenak, kulihat adikku merubah posisi tidurnya, menjadi telentang. Sekilas kulihat dari sudut mataku. dia tersenyum kecil,kemudian....."Iyaa, Titi jadi ingat. Sebelum tidur suka minta naik ke punggung mas Hardi, main kuda-kudaan." katanya sambil sunggingkan senyum, mengenang masa kecilnya."Sippp!!" teriakku dalam hati, adikku sudah mulai cerah dan tak diam lagi."Lhooo, masih ingat to ?"kataku senyum seraya kumiringkan tubuhku ,menghadap adikku."Ingat sebagian, tapi banyak lupanya, bahkan saat mandi bareng nyemplung bak mandi pun Titi masih inget. Waktu itu mas dimarahin ibu karena bak mandinya jadi kotor." katanya diiringi tawa."Iya iya, mas juga ingat. Kalau gitu mandi bareng lagi yuk sekarang, kayak dulu." candaku makin mencerahkan suasana kamar tempat kami berbaring bersama, agar adikku tak kaku dan tak canggung lagi."Ihhh!! malam-malam gini. Dingiiin!" Katanya sambil menggerakkan bahunya seolah luar hujan masih mengguyur menghadirkan malam yang berudara dingin, terasa sunyi dan senyap, orang-orang tak lagi keluar rumah, mereka memilih diam di rumahnya masing-masing. Malam makin merangkak jauh, kulihat Titi, adikku sudah berkali-kali menguap, tanda kantuknya mulai datang. Tapi aku yg tengah diganggu oleh pikiranku sendiri sulit untuk merasakan ngantuk. Karena walau bagaimanapun, tidur seranjang dengan gadis abg yg baru mekar dan sering menjadi bahan imajinasiku saat beronani ria sungguh membuat jiwaku bergetar, walau dia adikku sendiri. Apalagi, di depan mataku tercetak jelas di balik piyama tipisnya, sepasang bukit kembar tanpa bra ataupun tanktop, tersembul membangkitkan gairahku. Dari awal dia terlentang, aku berkali-kali menelan ludah,karena terangsang menyaksikan indahnya tonjolan di dadanyaitu. Masih mungil, namun sudah berbentuk, tampak putingnya yg masih kecil, mencetak di balik baju tidurnya. Tak sabar rasanya ingin segera membelai dan meremas tetek mungil aku tak berani ambil resiko, bisa-bisa malah jadi hancur rencanaku. "Ti....." dia tak menjawab, hanya menoleh menatapku."Boleh gak mas peluk kamu, kayak dulu waktu kecil?" tanyaku agak berat, dan kurang yakin adikku yg sudah abg ini mau kupeluk kaya sejenak, lantas"Boleh. Tapi.....ada tapinya lho mas." katanya bikin penasaran"Tapi apa ,Ti?""Tapi......jangan diitik-itik kaya dulu, dulu kalo meluk suka gelitikin pinggang Titi.""Oh itu....ya nggak lah....." kataku serasa mendapat angin segar. "Titi masih ingat ya." Kataku sambil melingkarkan tanganku di atas perutnya. Titi lantas miringkan tubuhnya lagi seperti semula, membelakangiku yang tengah memeluknya. Ada rasa yg indah menyelimuti jiwaku. Ada suka, deg-degan dan gairah yg menggebu jadi satu, anganku yang selama ini kuhayalkan telah membuka pintunya untuk hal-hal selanjutnya."Pake selimut gak Ti ?""Nggak ah.""Gak dingin apa ?""Nggak, kan dipeluk mas. Jadi anget."Ku tak banyak bertanya lagi, biar dia cepat tidur. Tubuhku makin kurapatkan lagi memeluk Titi, kebetulan udaranya makin terasa dingin, namun kini mendapatkan penawarnya, yg kini tengah dalam entah sadar atau tidak,bahwa penisku yang sejak tadi mengeras , kutempelkan di pantatnya yang bulat dan padat kubelai rambutnya yang hitam perlahan,tercium wangi aroma sampo semakin membuatku bergairah untuk mencium rambutnya kucium mesra sambil kuresapi , kian menambah bergolak birahiku. Adikku memejamkan matanya,entah ngantuk atau apa, namun tak ada reaksi untuk melakukan penolakan, mungkin dianggapnya sebagai rasa sayang abang terhadap adiknya saja. Padahal diriku merasakan hal yang lain, sesuatu yg kotor, menginginkan adikku untuk menuntaskan birahi yg kian menggebu-gebu. Kuusap lgi rambutnya sejenak, lalu kulingkarkan lagi tanganku di tubuhnya yg masih menempel erat ditubuhku, kali ini tanganku agak melingkar ke atas lagi hingga lenganku terasa menyentuh penggiran teteknya yg menonjol,terasa di kenyal di semakin bekedut-kedut. Ada rasa khawatir juga dengan hal ini, takut kalau adikku merasa tengah jadi korban nafsu kakaknya, tapi lama tak ada reaksi dari adikku, membuatku makin ingin meningkatkan aksiku lebih jauh lagi. Tangan kiriku yg sedari tadi diam, kini ikut membelai-belai lembut rambutnya,dan tangan kananku kini tak mau beranjak dari segumpal daging tumbuh di dada adikku, aku agak beringsut lebih ke atas lagi dan sedikit kugeser tanganku makin menekan teteknya, dengan nafasku yg tak beraturan dan jantungku berdegup kencang menahan gejolak nafsu. Titi masih terdiam tak ada reaksi, tapi kuyakin dia belum tertidur, bahkan kurasakan ada sedikit gerakan tangannya seakan menekan lenganku makin merapat ke dadanya, seiring dengan pantatnya yg agak menekan kontolku yg kian tegang dan makin kaku di makin blingsatan menahan gejolak birahi yg kian membara dan dengan makin berani kukecup rambutnya. Kini kubiarkan bibirku lebih lama menempel dikepalanya sambil kuhembuskan nafasku yang pasti kian panas menyentuh rambut dan kulit kepalanya. Dia masih diam, seolah membiarkan aku untuk melakukan hal yg lebih jauh kugerakkan tangan kananku, kini ku tekan bukit kembar yang masih sebesar cangkir kopi itu, bukan dengan lenganku lagi tapi kugunakan telapak tanganku untuk menekannya dengan hati-hati. Karena ku yakin Titi adikku ini belum pernah terjamah tangan laki-laki manapun, jadi ku khawatir bila ku tergesa-gesa akn menimbulkan rasa geli yang akhirnya bisa merusak aksiku. Lantas kutelungkupkan telapak tanganku, kutekem tetek kirinya yg pas dengan ukuran telapak tanganku. Ku belum berani meremasnya, walau nafsuku hampir meledakkan kepalaku. Ku biarkan dia menikmati dulu sensasi yg kuberikan dan agar bisa merasakan gelora birahi yg datang perlahan, untuk menumbuhkan nafsu seksnya, sebagai gadis yg sudah menginjak akil baligh. Ku yakin di usianya yg ke 14, dia sudah merasakan nikmatnya orgasme, walau lewat mimpinya. Kemudian perlahan telapak tangan kuremaskan di tetek kirinya, pelan dan pelan, namun semekin lama remasanku makin mengeras lagi, hingga.......... "EEhhh......sshh...."lenguhan adikku terdengar pelan sekali,tanda terhanyut oleh buaian itu hatiku berteriak.."YES!" Berarti usahaku tak sia-sia,adikku terhanyut dan tak ragu lagi aku untuk mencumbu adik kandungku ini. Lantas remasan tanganku berpindah ke tetek kananya,sambil aku agak mengangkat tubhku, dengan bertumpu pada sikutku. Kucium pipi kananya yg tepat di bawah wajahku,kuremas lagi teteknya dengan makin berani,gantian kuremas kiri kanan, tak tahan dengan gejolak nafsuku, sambil terus kuciumi pipinya, kumasukkan tanganku ke balik baju tidurnya yg longgar. Tanpa susah payah, langsung jari-jariku dapat menyentuh bukitnya yg kenyal tanpa penghalang. Kuremas gemas kedua teteknya silih berganti, terasa halus halus dan lembut kulit payudaranya di telapak tanganku. Kupilin-pilin dan kusentil-sntil puting mungilnya yg sudah mengeras itu. Kini Titi tak malu lagi mendesah dan mengerang karena nikmat yg menjalarinya."Eehhhhmmm sshhhh......maasss...aaahhhh....ggeeellliii.....mmaassss......"Erangannya makin membuat gairahku membara, tak sabar lagi lantas kutarik tubuh adikku agar terlentang,kusingkap baju tidurnya yang longgar dengan mudahnya, blaarrr... Tersembul sepasang bukit indah nan bulat, putih bersih dihiasi lingkaran coklat muda kemerahan mengelilingi puting mungil yg imut menawan dan telah tegak berdiri. Tetek yg masih orisinil,bulat menentang, masih padat dan kenyal......terhampar jelas depan ku terpesona dan terus kutatap bukit indah milik adikku ,yg selama ini hanya kulihat dibalik tanktopnya. kini betul-betul bebas terbuka dengan penuh nafsu, kuhisap puting susu kiri yg sudah mengeras itu dengan lahapnya, tangan kiriku meremas teteknya yg kanan dengan agak keras karena dorongan nafsuku yg menggelegak."Aooowww....maassss eeehhmmm ssaaakkiitt...." rintih adikku disela gelinjang tubuhnya menahan geli dan rangsangan yg membakar jiwanya. Aku jd tersadar, kalau remasan ku terlalu keras, sementara payudaranya masih peka menerima sentuhan tangan lelaki dengan teteknya yg baru tumbuh itu. Remasan kukendorkan dan putingnya kupermainkan, tanganku yg kanan kucoba mengelus -elus pahanya yg masih terbungkus celananya, merambat naik kedaerah sensitifnya, kuelus-elus permukaan memeknya yang terasa keras menggembung di telapak tanganku."Ahh...maasss....jjaaanngaannn......ituu...mmasss....."seraya tangannya menarik tanganku. Namun telapak tanganku tak mau beranjak dari permukaan memeknya yg kian lembab,tangannya yg lemah akhirnya membiarkan tanganku tetap mengelus-elus lembut sedikit diangkat menerima elusanku di memeknya, kenikmatan menjalarinya seiring serangan bibir dan tanganku mengelitik tak tahan lagi ku menahan birahiku, lantas kubuka celana kolor dan cd ku, dengan tangan kananku,. Titi masih memejamkan matanya menerima ciuman dan jilatan lidahku di mulutnya,sesekali terdengar erangannya yg tertahan oleh lumatan rudalku telah berdiri tegak dengan bebasnya,lantas kini kaosku kulepas dan kulemparkan ke lantai, kubuka kedua kaki Titi agak melebar dan kualih posisi merangkak diantara kedua kakinya. Kutindih tubuh mulusnya, sambil kutekan batang penisku kepermukaan memeknya yg masih terbungkus celananya. Tanganku kiri kanan terus meremas gemas di kedua teteknya, sambil kugesek-gesekan Mr. P ku dibelahan vaginanya."Massss....aahhhh.......masss......." rintih nya" Yaaa...sayaangg...ooohhhh.....eenaaakkk ..Tiiii........?""Eeehhhmmm......geelii....eennnnaakkk...mmasssss...." racaunya terus penisku yang makin berkedut, sudah tak kuat lagi menahan dorongan sperma dari dalam kontolku. "Ahhh...Tiii....mas mau keluar ...Sayaannggg.....?" sambil terus kupercepat gesekan penisku yang makin terasa panas bergesekan dengan celana adikku."Titi juga ppenngginn ..pipiiiss...masss.....aahhhhh....."Titi mengejang, tubuhnya seketika meliuk-liuk, bibir bawah digigitnya menerima gejolak nikmat yg hampir mencapai puncak, Pantatnya diangkat semakin menekan penisku yg maju mundur di atas vaginanya...selang berapa lama tubuhnya ambruk tergeletak lemas tak berdaya..disela nafasnya yg memburu. Dua bukit kembarnya turun nauk dengan cepatnya...seiring tarikan nafasnya yg buah nikmat mengucur di dahi dan lehernya yg itu pula pertahananku sudah tak kuat lagi ,sambil kudekap erat tubuh Titi,dan kubenamkan mukaku di lehernya yg basah oleh peluh kenikmatan,kutekan keras penisku ke memeknya dan....."Croooottt....ccrrrooottt.....ccrrooottt...."berkali -kali kusemburkan spermaku diatas memeknya hingga membasahi celana yg dikenakan kental bau amis..begitu banyak keluar dari penisku yang juga membasahi perut mulus Titi,adikku. Hampir bersamaan kami mencapai puncak terindah. Terasa nikmat namun amat melelahkan, tubuhku terasa lemas masih menindih tubuh adikku yg juga nampak lemas dan loyo. Matanya masih terpejam, seakan berat untuk membuka kedua kelopak matanya. Setelah didera pergumulan birahi yg membawanya melayang ke alam yg hujan mulai reda, hanya sisakan udara malam yg kian dingin mnembus kulit, tapi bagi kami yang habis bertempur dalam birahi,tak merasakan dingin itu, bahkan bulir-bulir keringat pun masih belum mengering. Kumiringkan tidurku menghadap adikku, kubelai rambutnya yg acak-acakan dan basah oleh keringatnya,seketika matanya terbuka menatapku sayu ,seraya tangannya menurunkan baju tidurnya yg masih tersingkap, menutupi kedua buah dada ranumnya."Cape..sayang.....kok loyo gitu.....?""Mas Har ssiihh...nakal.."katanya sambil mendelik manja dan malu-malu."Tapi ...nikmat kann... sambil menjawil hidung mungilnya."Iiihhhhh....."katanya sambil tersenyum malu sambil memiringkan tubuhnya menghadapku dan membenamkan wajahnya di dadaku."Mas Har...sayang kamu Ti....sayaaangg banget...."sambil kukecup keningnya yg masih lembab oleh keringat."Titi sayang mas nggak ?" Dia diam saja dalam dekapanku."Jawab dong Ti. Sayang gak ?" tanya sekedar menguji hanya menganggukan kepalanya."Kok cuma ngangguk, artinya apa tuh ?" tanyaku menggoda"Sayangg gakk ?""Sayang..!" jawabnya singkat..Aku tersenyum simpul,mendengar pengakuannya, ku maklum anak abg seumuran dia belum bisa mengukir kata puitis nan merayu."Syukur deh kalau Titi sayang juga sama mas Har, tapi ini rahasia berdua, jangan sampai ada yg tahu, termasuk mama. Kalau mama sampai tahu bisa2 kita diusirnya dari rumah...""Iya mas ..Titi juga malu..kita kan sodara...""Baguslah kalau begitu, mas jadi tenang sekarang." Kataku sambil kupererat pelukanku ditubuhnya,sambil kuelus elus punggungnya. Gak begitu lama kehangatan tubuh Titi membakar lagi birahiku, dengan ditandai mulai berkedutnya batang penisku yg kubiarkan bebas terbuka,dan menempel di perut tapi pasti,dongkrakannya semakin terasa di perutnya, dan...."Mas, ada yg bangun tuh.."ucap adikku sambil mendongakkan kepalanya menatapku seraya tersenyum manis.."Iya nih, kagak tahan kayaknya kalau terus-terus deket gini. Bikin mas nafsu teruuuss dehh. Kayaknya burung mas minta dielus-elus sama cayangku. Nih, Elusin dong..""Gak mauu...."jawabnya manja,sambil tersenyum melirik ke arah penisku yg makin tegang tangannya dan kugenggamkan ke batang kontolku, mulanya diam aja agak malu-malu, namun setelah kusuruh terus akhirnya jari jemarinya mulai menggenggam batangku dan meremas-remasnya."Aduh enak sayaang...sambil dikocok naik turun dong, biar tambah nikmat...." pintaku"Gini ?"katanya sambil menaik-turunkan genggamannya di batang kontolku."Nah ...begitu Ti...tapi jangan keras-keras sayang genggamnya. Nah gitu....uuuhhhh....nikmat banget....Tii....pinter kamu sekarang Ti....."Titi kini semakin asyik mengocok mainan barunya, sementara sambil merasakan nikmatnya kocokan tangan Titi di penisku, kusingkap baju yg menghalangi dadanya, lantas kuraih dua gundukan yg ranum itu dan kuremas dengan tangan kananku silih berganti. Namun posisi itu tak berlangsung lama, ku bangun dari tidurku, dengan bertumpu pd kedua lututku dengan posisi merangkak, kini kedua tanganku meraih satu-satu buah dadanya. Tangan kiri meremas tetek kanannya dan yg kanan kupakai memilin puting kirinya. Kusosor bibirnya yg tengah mendesah lirih dengan bibirku, kugigit bibir bawahnya perlahan ."Ssssshhhhhh......uuuhhhh.... " desahannya mengiringi tangannya yg terus bermain dengan penisku,sesekali kepalanya didongakkan ke atas menerima rasa nikmat yg menggelitik yang makin terbakar nafsu, kubuka dua kancing baju tidurnya dan kutarik ke seakan ngerti maksudku, lantas membantunya dengan menaikkan kedua tangannya dan sedikit mengangkat kepalanya guna mempermudah tanganku melepas bajunya. Tubuh atasnya kini terbuka bebas, semakin terpesona aku melihat kemolekan tubuh adikku, leher yg jenjang , kulit putih mulus dihiasi bukit kembar yg ranum, membuat ku langsung menyambar lagi bukit kembar itu dengan kiri kuhisap yg kanan kuremas, yang kanan kuhisap yg kiri kuremas, begitu berulang seakan tak ada jemunya ku melakukan serangan pada kedua buah mendesah dan menggelinjang, titi mencari dan meraih lagi batang penisku yg tegak menggantung dengan gagahnya, lantas seperti tadi dikocoknya dan terkadang diremasnya dengan keras, hingga kurasakan sakit-sakit nikmat yg kuterima di batang kontolku. Kini tangan kananku beralih ke bawah meraba selangkangannya, yg masih tertutup celana pendek dan cd nya. Kuusap lembut permukaan memeknya yang sesekali jari-jariku menekan lobang kewanitaannya, diiringi dengan gelinjang tubuhnya yg kegelian tapi puas hanya sampai disitu, kususupkan tanganku kedalam cd nya dan mencari lobang vaginanya yg sudah lembab karena rangsangan yg bertubi-tubi datang menyerang."Aaaaooooww...mass geliii..jannggaaannnn...mass..." rintih adikku sambil menggerakan pinggulnya menghindari sodokan jari tanganku yg bermain di belahan memeknya."Mass....aahhh...jangan......geeelliii.......maaaasss....."Rengeknya tak kuhiraukan lagi,malah telunjukku kutekan dan kusentuh sentuh di daging kecil yg sebiji kacang pada bagian atas memeknya. Mulutku kini beralih ke puting kirinya,tangan kiriku meremas makin keras di susu kanannya. Kurasakan di jemari tanganku, memek Titi kini makin licin oleh pelumas yg keluar dari lubang vaginanya. Namun aku tak berhenti sampai di situ, kini kutarik celan kolor dan cd nya ke bawah, menuruni kedua kakinya, Titi seakan protes, namun ku tak hiraukan lagi. Terpampanglah kini segunuk daging belah, berhiaskan bulu-bulu halus yg masih jarang-jarang ,dihapit oleh kedua pangkal pahanya yg mulus tak sungguh indah lembah kenikmatan adikku ini yg sekian tahun tak pernah kulihat, semenjak tak pernah mandi bersama lagi seperti masa kecil dulu. Bentuknya sangat membangkitkan rasa penasaran untuk segera mencicipi nya. Sudah gak sabar lagi,terus aku merangkak diantara kedua kakinya yg kukangkangkan, mulutku kini beralih ke kemaluannya,mengubek-ngubek memeknya yg makin licin,dan menyentuh-nyentuh klitorisnya, yg merah jambu berkedut kedut tiap kali kusentuh dengan ujung lidahku. "Maaassssss....eehhhmmm....ooohhhhh.......mmmaasss......ggeeellliii.....oohhhh....." erangannya makin membuat ku terhanyut oleh bahtera nafsunya yg disertai dengan gelinjang tubuhnya yg tak terhalang sehelai benang pun, kekiri dan ke kanan, kadang membuat lidahku terlepas dari klitorisnya dan kedua tanganku tak henti-hentinya menyerang sekwildasekitar wilayah dada yg makin memerah karena remasanku yg tak henti-hentinya. Terkadang juga hidungku tak dapat bernafas, saat pinggulnya diangkat ke atas menekan mukaku yg tenggelam di dalam jepitan kedua pahanya, saat kuhisap dan kusedot dengan keras biji kacangnya. Aroma khas kewanitaannya, makin membuatku tak tahan lagi untuk segera menuntaskan hasratku yg menggelegak. Kubergerak naik lagi, bibirku mencari landasan pada sepasang bibirnya yg merah merekah, setengah terbuka keluarkan desahan desahan nikmat, sementara kedua matanya nyaris tak pernah terbuka meresapi buaian angin surgawi yg tengah menyejukan jiwa pubernya. Kulumat lagi bibirnya, kuremas lagi kedua toketnya, saat terlena oleh cumbuanku, penisku kuarahkan ke lobang memeknya yg sedikit menganga karena posisinya yg mengangkang, terhalang kedua perlahan kepala kontolku ke lubang memeknya dengan perlahan, dan..."Slleeeepp...." Kepala penisku masuk ke dalam lobang memeknya....walau hanya kepalanya saja, namun sudah menimbulkan sejuta nikmat dari sentuhan dua kelamin berlainan jenis agak tersentak saat ada benda keras menerobos tanpa permisi, memasuki kelaminnya, dan hendak beringsut menghindari tusukan senjata tumpulku, namun segera kuraih kedua pundaknya, untuk menahan pergerakannya tubuhnya yg tiba-tiba. Sambil terus kutekan kepala penisku makin ke dalam lagi yang dibantu dengan pelicin yg berkali-kali keluar dari dalam vaginanya. Kepala penisku kini makin ke dalam lagi, namun perjalanannya terhambat oleh dinding penyekat keperawanannya."Aaaaahhhhh....mmaasssss....sakkiiiitttt......massss....." erang adikku seraya tangannya mendorong tubuhku ke atas. Namun aku yg tengah dibuai dengan nyanyian2 setan, tak menghiraukan lagi rintihannya. Kutekan lagi lebih ke dalam, masih terasa mentok pada penghalang yg agak sulit ditembus."Maasss....ssakiittt massss... Lagi-lagi rintihannya keluar dari bibir adikku, malah kini disertai dengan linangan air mata yg perlahan meleleh menuruni pipinya. Aku jadi iba melihat adikku meneteskan air matanya,dan mengendurkan seranganku yg terlalu dikuasai nafsu."Maafkan mas..ya..sayaang....habis mas gak tahan .....sekarang ....pelan-pelan ya...biar gak sakit...." Kataku menenangkan hatinya....Titi diam saja ,wajahnya dimiringkan ke kiri,matanya terpejam namun masih meneteskan butiran air lagi nafsunya sebelum mereda,dengan sentuhan lembut bibirku di sepasang bibirnya yg terkatup, lantas berpindah pada kelopak matanya yg masih rapat kiri dan kanan, terus ke keningnya,merambat ke pelipis kirinya, kupingnya dan kuhembuskan nafasku di kuping kirinya, tubuhnya yg barusan terbujur kaku kini menggelinjang terhanyut oleh rangsangan yg kuberikan dengan perlahan, kuping kanan dan pelipis kanannya kusentuh lembut dengan tangan kiriku, sedangkan penisku yang masih tertancap setengahnya mulai mendorong lagi dengan perlahan dan hati-hati. Kutarik keatas dan kutekan lagi ke bawah..seirama dengan gelinjang nikmat adikku tercinta. Desahan nikmatnya kini terdengar lagi,"aahhhhhh..........mmmmmmmm.....ssshhhhhhhhhh............"Memeknya terasa makin licin oleh lendirnya yg bercampur dengan lendir beningku, makin mempermudah ayunan kontolku. Sambil terus kuremas kedua payudaranya dan kususuri lehernya dengan lidahku, kini kutambah lagi tekanan penisku lebih keras lagi dengan mengeden agar ereksi kontolku lebih maksimal lagi."Aaaa....uuuuuuhhhh.....ssssssshhhhh........mmaaassssshhhhhh........" terdengar lagi jerit tertahan dari bibir adikku yg tengah dijebol dinding kehormatannya oleh tusukan senjata lagi penisku untuk mengurangi rasa sakitnya. Kini ku tak mau tergesa-gesa, kupilin putingnya yg kiri dan yg kanan kuhisap dan kugigit-gigit perlahan sambil kukocok lagi penis ini dengan lembut. Setelah nampak tenang, kutekan agak ke dalam lagi, mengerang lagi, kutekan lebih kuat lagi, merintih lagi"Tahan sebentar ya sayaang,,,, sakitnya sebentar kok.....ya...nanti juga .pasti nggak sakit.... tahan ya,......"kataku sambil terus menambah kekuatan sodokan batangku yg sudah ukuran penisku agak lumayan besar sih, ditambah kemaluan Titi masih asli perawan jadi agak kesulitan adikku menerima sodokan batang lagi kepala kontolku untuk segera menguak pintu keperawanan adikku yg sulit untuk mengerang lagi dengan kedua alis tampak mengerut dan bibir bawah digitnya pertanda menahan sakit."Badannya agak lemesin Ti...biar gak terlalu menjepit ....lemesin ya ..sayaangg.....tahan ya " kataku mengingatkan agar lebih rileks lagi dan kutekan lagi makin terasa lebih kedalam lagi. Titi masih terpejam menahan sakit, namun pantatnya mengangkat saat kutekan penisku kedalam memeknya. Kutekan lebih keras lagi, dia angkat lagi pantatnya menerima sodokanku di liangnya sambil meringis menahan sakit. Terasa kontolku lebih masuk lagi. Ku ngeden lebih kuat lagi dan mendorong pantatku sekuat mungkin dan Titi ikut menekan lagi dengan mengangkat pantatnya lagi dann ....ppppprrrreeeeetttttt........terasa ada yg terkoyak kurasakan ..yg membuat kepala penisku terasa sakit dan ngilu, serta perih pada lubang kemihku diiringi dengan jerit adikku menahan sakit."Aaaaaaoooowww........................maaassss............uuuuhhhh............ssssaaaaaa....kkkiiiiiiiiiiiiittttt...."Masih kutekan penisku dengan sisa tenagaku dan...."Bbbbbbeellllllllleeeeeesssss........" akhirnya kepala penisku seperti merasakan ruangan kosong , tanpa ada lagi yg menghalangi perjalanannya diiringi dengan edenan adikku seraya kakinya langsung melingkar kuat di pinggangku dengan mata mendelik dan kepala yg tengadah mengantarkan kepergian sang "PERAWAN" dari dalam sejenak kocokan penisku di memeknya , untuk mengatur nafas yg terengah-engah, laksana berlari menaiki bukit terjal yg teramat melelahkan, namun membawa nikmat. Sejenak kurasakan cairan hangat merendam kepala dan batang kontolku. Setelah mengatur nafas, kulanjutkan kocokan penisku yg mulai agak mudah keluar masuknya, walau masih seret dan sempit. Liang memeknya laksana memilin-milin penisku, ternyata memek itu begitu nikmat dan menghanyutkan,seperti halnya adikku, akupun baru kali ini merasakan seks yg sesungguhnya karena dengan mira pacarku, aku hanya melakukannya sebatas anal dan oral seks saja, sedangkan dengan adik kandungku, justru perbuatanku lebih bejat lagi, mungkin karena aku terlalu mencintainya dan terobsesi untuk memiliki seutuhnya, walau hal ini sangatlah terlarang untuk kulakukan. Dalam rengkuhanku, Titi .adikku tengah mendesah saat merasakan liang vaginanya mulai digesek-gesek oleh senjataku lagi, tangannya kini tak ragu lagi membelai lembut punggungku, terkadang menekan-nekan pantatku seirama dengan pinggulnya yg naik turun mulai teratur mengimbangi hentakanku."Masih sakit nggak sayang...."tanyaku sambil mulutku menyusuri lehernya yg basah oleh keringat, sesekali kujilati yg terasa agak asin terus kugigit pelan dagunya yg lancip sambil tetap kusodok-sodokan penisku di memeknya."Ehhhmmm....nggak begitu sakit lagi mass...malah tambahhh....eehhmmmm.....""Tambah enek kan Ti...?""Heee....eehh.....mmaasss ......aahhhh....ssssshhhh.......koookk....eennaakkk...yyaa..mmass....tapi masih perih dikiitt.."Jawabnya sambil merem melek kenikmatan."Goyangan pantatnya kini makin liar.....tangannya yg kiri melingkar di leherku sambil menekannya saat mulutku mulai menggerayangi dadanya. Dan tangan yg kanan menggapai selangkanganku dan meremas lembut buah zakarku yg tergantung bergoyang goyang seiring keluar masuk penisku di lubang sempit Titi juga mulai merasakan lebih nikmat lagi saat penisku mulai lancar keluar masuk mengobok-obok dalam bagian dalam memeknya,setelah selaput penghalangnya terkoyak, ditambah dengan lendir yg senantiasa terus melumasi lubang nya...ditambah lagi klitorisnya yg tersentuh bulu bulu kemaluanku seakan menggelitiknya makin menghantarkannya ke alam yang merasakan dorongan spermaku makin mendekati pintu keluarnya, segera kuhentikan sejenak sodokan penisku di lubang memeknya, namun adikku yg tengah merasakan hampir mencapai puncaknya, terus menggoyangkan pinggulnya memelintir batang penisku, terlihat dari nafasnya yg makin memburu dan kedua tangannya menekan keras kepalaku dan membenamkan mulutku dalam mulutnya. Melihat gelagat seperti itu, akupun mulai mengocok lagi dengan lebih cepat agar dapat mencapai puncak bersamaan dan merasakan sensasi muncrat bersama , menumpahkan spermaku ke dalam rahimnya. Suara keciprak beradunya dua kemaluan yg memanas dan beradunya selangkanganku di selangkangannya, bak alat musik yg mengiringi lantunanan merdu, nyanyian2 setan pengiring birahi kami yg mengalir lama kemudian, adikku mengejang dengan mendekapku sejadi-jadinya, dan memeknya terasa sangat menjepit dan menyedot kepala penisku, membuat air maniku tertarik keluar dari kantongnya, dan....."Eeehhhhh...mmaasssss.....Ttiiitiiiii sudaahhhhhh..........gak.....tttaaahhhaaaannn.......eehhhhmmmmm.......Suuurrr....jrreeettt...jrreeetttt.....jjrreeettt....beradu dengan spermaku yg tak terbendung lagi........."Bareeennnggg Tttiiii.......mmass jugaaa ......ooohhhhh....... Creeett...ccrreeeeeetttt......crot..crot...crot...."begitu banyak maniku keluar dari penisku hingga berkali kali hingga membanjiri liang kemaluan adiku yg masih mendekap erat tubuhku dengan mata terpejam ,merasakan sisa desir-desir kenikmatan yg baru saja membawanya melayang tinggi mencapai awan yg penuh dengan memburu seperti habis berlari, begitu juga aku tak kuasa untuk menggerakkan tubuhku lagi barang sesaat tubuhku masih tergolek di atas tubuh adikku, dengan senjata yg masih menghujam di selangkangan adikku, berkedut-kedut makin melemah dan mulai menyusut. Setelah melakukan serangan gencar menjebol benteng pertahanan sang agak teratur lagi nafasku, kucabut penisku dari liang memeknya,ada rasa ngilu di kepala penisku saat terjadi gesekan dengan bibir vaginanya. Setelah terlepas dari kuluman memeknya, tampak mengalir cairan kental bercampur darah segar, darah keprawanan Titi, adik kandungku yg sangat kucintai walau tak seharusnya. Namun cinta dan nafsuku tak mempedulikan norma dan etika lagi, hingga saat ini semuanya terjadi. Aroma amis perzinahan menghiasi kamarku, seirama desahan -desahan kenikmatan dari hubungan incest kakak beradik yg saling mencintai. Titi masih terlentang dengan tubuh telanjang,rasa lelah sudah tak menghiraukan lagi dengan keadaan tubuhnya. Nafasnya berangsur teratur lagi, kelopak matanya mengatup seakan tak kuasa untuk membukanya atau mungkin tengah mengingat kembali kronologi persetubuhannya yg baru saj berlalu. Lama kami termenung dalam diam, hanya nafas-nafas kami yg terdengar mengusik malam yg kian sunyi. Ku miringkan tubuhku menghadap adikku yg masih terlentang dalam diam, kupeluk tubuhnya dan kutumpangkan paha kananku menutupi goa mungilnya yg baru ditumbuhi rambut-rambut halus mesra keningnya, kutangkupkan telapak tanganku di susu kirinya, dia masih terdiam. Dadanya turun naik dengan teratur, lama-kelamaan kulihat ada linangan air mata yg perlahan menuruni pelipisnya."Tii...kamu kok nangis sayaang ? masih terasa sakit ?" tanyaku penasaranDia hanya menggelengkan kepalanya sambil tangan kirinya menggenggam tanganku yg tengah mencengkram buah dadanya."Lantas kenapa ? nyesel ya ? maafin mas Har ya kalau Titi punya perasaan menyesal. Mas memang tak seharusnya melakukan ini padamu, tapi sungguh Ti, mas Har sayang banget ama kamu.""Bukan itu..mas..Titi gak nyesel kok mas...tapi...." ucapnya tak berlanjut, seperti ragu2 untuk mengungkapkan isi bertanya lagi penasaran."Tapi kenapa sayangg ? mas jadi penasaran nih, ada apa sih ?""Mas Har bener2 sayang ama Titi...kan..?""Mas Har kan udah bilang sama kamu sayaang, mas bener-bener sayang Titi.""Gak akan ninggalin Titi,....kan ?"" Titi gak percaya sama mas ?" ku balik bertanya."Tapi...mas Har sudah punya mbak Mira, Paling besok saat bareng mbak Mira mas Har sudah gak inget Titi lagi...ya kan ?"" Mira itu gak ada apa-apanya di banding kamu ,Ti, adikku sayaangg. Gini aja deh, demi cinta dan sayang mas sama kamu, mas rela melepaskan Mira.....asal Titi juga sayang dan tak menduakan mas, kita saling mencintai walau sulit untuk bersatu dalam sebuah pernikahan tapi paling tidak kita bisa tetap saling menyayangi dan saling memiliki. Gimana ? bersedia nggak, sayang ?"seraya kukecup lembut bibirnya."Bener mas mau mutusin mbak Mira...? Emang ...mas gak sayang sama dia...?" "Beneerrr....masih gak percaya ?"Dia tersenyum memandangku lantas memeluk tubuhku dan mencium bibirku...tubuh bugil kami makin menyatu dalam satu ikatan cinta terlarang."Titi juga sayang banget sama mas Har dan tak akan pacaran dengan cowok lain lagi."katanya terus tangannya melingkar erat di tubuhku."Janji.....?" tanyaku."Janji..!" jawabnya tegas. Entah mengapa, saat ini hatiku teramat bahagia. Ternyata adikku yg masih abg, masih di bawah umur telah mengerti perasaanku dan hayalku selama ini jadd kenyataan. Tanpa ada paksaan dan tanpa rasa penyesalan dari dirinya. Libidoku yg sering datang menggoda rasa kini telah menemukan pelampiasannya yang justru dengan gadis abg yang sangat kusayangi sejak dulu, bedanya kini rasa sayang yg tumbuh diantara kami bukan hanya sebagai saudara sekandung, tapi juga sayang sebagai seorang kekasih, kasih yg tersembunyiWarna-warni bunga cinta, harum semerbak memenuhi kamar tempat kami memadu kasih. Tubuh kami yg masih erat saling mendekap perlahan membangkitkan gairah dalam jiwa kami hingga terulang lagi persetubuhan terlarang diantara kami sepanjang saat ini, Titi telah menginjakkan kakinya di bangku SMU kelas X, masih pegang komitmen. Tak pernah memiliki pacar walaupun banyak teman prianya yg naksir sama dia, begitu juga aku masih setia mendampinginya tanpa sepengetahuan siapapun, termasuk ibuku mencegah terbongkarnya rahasia ini, Titi telah kusarankan utk menggunakan kontrasepsi yg mudah didapatkan agar perjalanan cinta terlarang ini, tetap berjalan sempurna. Kadang timbul perasaan berdosa atas apa yg kuperbuat selama ini dan sering bertanya dalam hatiku "Sampai kapan perbuatan nista ini akan terjadi?"Aku tak pernah temukan jawabannya.

cerita mandi bareng kakak